Rabu 09 Mar 2022 03:36 WIB

Enam Skenario Jika Barat Larang Impor Minyak Rusia

Harga minyak dapat melonjak tinggi jika sanksi larangan impor dari Rusia diberlakukan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Pengeboran minyak di Oklahoma, Amerika Serikat, Senin (7/3/2022). Amerika Serikat (AS) sedang mewacanakan penerapan larangan impor minyak dari Rusia.
Foto:

Dampak Bank Sentral 

Untuk US Federal Reserve, dampak inflasi telah terbukti terlalu besar. Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan, suku bunga perlu naik bulan ini, menambah tekanan pada pihak peminjam.

Bagi ECB, urgensi tindakan kebijakan tidak terlalu akut karena pasar tenaga kerja masih menikmati kapasitas cadangan serta hanya ada sedikit inflasi yang tumbuh di dalam negeri. "Tidak ada yang bisa secara serius mengharapkan ECB untuk mulai menormalkan kebijakan moneter pada saat ketidakpastian yang tinggi," ujar ekonom ING, Carsten Brzeski. 

Substitusi 

Dengan permintaan bahan bakar fosil yang pulih dari pandemi, tapi pasokan di seluruh dunia masih terbatas, para pembuat kebijakan akan berada di bawah tekanan untuk mendukung energi hijau. "Akan ada seruan kembali pada inisiatif hijau dalam jangka pendek guna membalikkan kontraksi yang telah kita lihat dalam pasokan bahan bakar fosil," kata analis investasi dan pasar di Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter. 

Pemandangan Panjang 

Kebuntuan Rusia-Barat dapat mempererat hubungan Moskow dengan Beijing. Namun infrastruktur kedua negara masih sedikit. "Meskipun Pivot Rusia ke Timur telah mempercepat kerja sama gas dengan Cina melalui infrastruktur gas, semua perkembangan ini masih dalam tahap awal dibandingkan dengan pasar yang matang di Eropa," ujar analis di Verisk Maplecroft, Kaho Yu.

Energi terbarukan bisa mendapatkan dorongan dalam jangka menengah hingga panjang. Sebab negara-negara berusaha melepaskan diri dari ketergantungan pasokan energi Rusia. 

"Kita harus mengambil subsidi yang sekarang kita curahkan untuk gas alam, batu bara, dan minyak bumi, serta memasukkannya ke dalam pembangkit energi terbarukan, mobilitas listrik, dan infrastruktur pengisian EV, pompa panas, peningkatan efisiensi gedung," kata Wolfgang Ketter, profesor di Rotterdam School of Management di Erasmus University. 

 

"Apa pun yang akan mengarah pada ketahanan energi jangka panjang dengan mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil," ujar Ketter menambahkan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement