Kamis 10 Mar 2022 03:20 WIB

Matshidiso Moeti, Pimpin Afrika Hadapi Ebola dan Covid-19

oeti adalah wanita pertama yang memimpin kantor regional WHO di Afrika.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika, Dr Matshidiso Moeti.
Foto: AP Photo/Moses Sawasawa
Direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika, Dr Matshidiso Moeti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dr Matshidiso Moeti telah menjadi figur terkemuka di Afrika. Sejak 2015, wanita berusia 67 tahun itu telah menjabat sebagai direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika. Ia memimpin Benua Hitam dalam mengatasi berbagai tantangan kesehatan, termasuk menghadapi wabah Ebola dan Covid-19. 

Moeti adalah wanita pertama yang memimpin kantor regional WHO di Afrika. Saat diangkat sebagai direktur regional pada 2015, ia sudah harus bergulat dengan wabah Ebola di Afrika Barat. Kemudian pada 2020, tepat pada awal masa jabatan keduanya, Moeti harus memimpin respons Afrika terhadap pandemi Covid-19.

Baca Juga

"Saya tentu saja melakukan yang terbaik untuk berada di sana, tidak hanya sebagai teknisi dan manajer serta pemimpin, tapi juga sebagai wanita dari kawasan ini, dari benua ini. Saya merasa sangat istimewa," kata Moeti saat diwawancara Associated Press, Rabu (9/3/2022). 

photo
Direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika, Dr Matshidiso Moeti. - (AP Photo/Moses Sawasawa)

Afrika merupakan benua yang paling tertinggal dalam hal pengujian dan vaksinasi Covid-19. Moeti adalah salah satu tokoh yang vokal dalam mendesak dunia memberi pertimbangan lebih baik kepada rakyat Afrika. Dia secara khusus memberi perhatian kepada kelompok wanita. Sebab Moeti menilai, mereka menjadi kelompok yang paling terpukul pandemi. 

Di Afrika, wanita telah menderita secara tidak proporsional. Tingkat vaksinasi di kalangan mereka lebih rendah. Banyak wanita kehilangan pekerjaan akibat penerapan karantina wilayah atau lockdown. Angka kehamilan melonjak dibarengi dengan peningkatan kasus kekerasan dalam rumah tangga berbasis gender. 

"Seringkali saya berpikir tentang orang-orang yang paling sering dirugikan dan dilewatkan oleh layanan kesehatan. Jenis remaja perempuan, orang yang sedang bertransisi dari anak-anak yang diasuh oleh layanan kesehatan anak menjadi seorang wanita usia subur dengan segala kerentanan yang tersirat di Afrika," kata Moeti. 

Menurut Moeti, jalan keluar dari pandemi adalah dengan menjangkau para wanita tersebut dengan kampanye kesadaran dan bantuan ekonomi. Hal itu mendorong Moeti untuk terjun langsung ke lapangan setiap bulan. Dia sering bergabung dengan para pejabat pemerintah dan jurnalis. 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement