REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pemimpin Hong Kong Carrie Lam pada Rabu (9/3/2022) mengumumkan sejumlah tindakan pencegahan Covid-19 terhadap warga usia lanjut atau lansia. Langkah ini diambil ketika jumlah kematian akibat Covid-19 di kalangan lansia meningkat.
"Pemerintah akan memperkuat perawatan medis dan sumber daya, termasuk mendirikan lebih banyak isolasi dan fasilitas perawatan sementara untuk pasien Covid-19 yang lanjut usia," kata Lam.
Infeksi Covid-19 di Hong Kong telah melonjak ke rekor tertinggi dengan lebih dari 500 ribu kasus dan lebih dari 2.500 kematian, yang sebagian besar terjadi dalam dua minggu terakhir. Menurut publikasi Our World in Data, Hong Kong mencatat jumlah kematian paling banyak secara global dalam seminggu hingga 7 Maret.
Lam mengatakan, dia akan mengadakan konferensi pers harian untuk memberikan kemajuan Hong Kong melawan virus corona. Penduduk Hong Kong telah dibuat bingung dengan pesan-pesan yang kontras dari pemerintah selama dua minggu terakhir tentang kampanye melawan virus korona. Termasuk rencana pengujian massal dan rencana penguncian seluruh kota.
China dan Hong Kong telah mengadopsi strategi "nol Covid-19" yang melibatkan eliminasi infeksi dengan langkah-langkah mitigasi yang ketat. Langkah ini berbeda dengan pendekatan yang diadopsi di negara lain, yaitu dengan mengandalkan peningkatan vaksinasi dan mitigasi moderat seperti penggunaan masker dalam upaya untuk "hidup berdampingan dengan Covid-19".
Varian Omicron yang sangat mudah menular telah menguji kedua strategi tersebut. Tetapi Hong Kong sekarang menderita konsekuensi dari tingkat vaksinasi yang relatif rendah, terutama di kalangan lansia.
Pakar medis dari Universitas Hong Kong memperkirakan pada akhir April jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 di Hong Kong bisa menjadi sekitar 4,3 juta. Jumlah kematian diprediksi mencapai 5.000 orang.
Rumah sakit, pusat isolasi, dan panti pemakaman Hong Kong mengalami kewalahan. Sementara transportasi umum, mal, layanan pos, supermarket, dan apotek berupaya untuk tetap beroperasi di tengah krisis tenaga kerja.
Warga Hong Kong mengalami panic buying dan mulai menimbun pahan makanan serta kebutuhan lainnya, karena khawatir pemerintah akan memberlakukan penguncian. Hal ini menyebabkan harga pangan melonjak dan stok barang di supermarket menipis.