Rabu 09 Mar 2022 23:00 WIB

Rusia Minta AS Terbuka Soal Pengembangan Senjata Biologi di Ukraina

Rusia mengaku telah temukan bukti keterlibatan AS dalam laboratorium biologi militer.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ilham Tirta
Sebuah laboratorium biologi (ilustrasi).
Foto: REPUBLIKA
Sebuah laboratorium biologi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia pada Rabu (9/3/2022) menuntut agar Amerika Serikat (AS) memberikan penjelasan kepada komunitas global, terkait dukungan mereka terhadap laboratorium biologi militer di Ukraina. Rusia menuding AS membuat program yang melibatkan patogen mematikan, termasuk wabah dan antraks.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menuntut transparansi dari Washington atas dugaan keterlibatan itu. Dia mengatakan, bukti dugaan program telah ditemukan oleh Rusia selama operasi militer khusus di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari 2022.

Baca Juga

"Kami sudah dapat menyimpulkan bahwa laboratorium biologi Ukraina berdekatan langsung dengan wilayah negara kami. Mereka sedang melakukan pengembangan komponen senjata biologis," ujar Zakharova.

Zakharova mengatakan, Rusia memiliki dokumen yang menunjukkan Kementerian Kesehatan Ukraina telah memerintahkan penghancuran sampel wabah, kolera, antraks, dan patogen lainnya setelah 24 Februari. Zakharova mengatakan, program itu diduga dibiayai oleh Pentagon.

"Kami tidak berbicara tentang penggunaan damai atau tujuan ilmiah. Apa yang Anda lakukan di sana? Departemen Pertahanan AS dan administrasi kepresidenan Amerika Serikat berkewajiban untuk secara resmi menjelaskan kepada komunitas global, tentang program-program di Ukraina. Kami menuntut detailnya dan dunia menunggu," ujar Zakharova.

Zakharova mengatakan, tidak diketahui apakah bahan sampel di laboratorium itu sudah benar-benar dihancurkan. "Apakah mereka jatuh ke tangan ekstremis atau nasionalis, siapa yang akan memberikan jaminan?" ujarnya.

Ukraina menepis tuduhan Rusia tersebut. Sementara Pentagon menilai tuduhan itu tidak masuk akal. "Ukraina dengan tegas menyangkal tuduhan semacam itu," ujar juru bicara Kantor Kepresidenan Ukraina.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement