REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Rabu (9/3/2022) mendesak Rusia untuk mengakhiri pertumpahan darah di Ukraina. Desakan ini menyusul serangan udara Rusia di sebuah rumah sakit di Mariupol, Ukraina.
"Serangan hari ini di sebuah rumah sakit di Mariupol, Ukraina, di tempat bangsal bersalin dan anak-anak, sangat mengerikan," kata Guterres, dilansir Anadolu Agency, Kamis (10/3/2022).
Gutteres mengatakan, warga sipil membayar harga tertinggi untuk perang. Dia mendesak agar pertumpahan darah di Ukraina segera diakhiri.
"Kekerasan yang tidak masuk akal ini harus dihentikan. Akhiri pertumpahan darah sekarang," kata Gutteres.
Dewan Kota Mariupol mengatakan, pasukan Rusia menjatuhkan beberapa bom. Pemerintah Ukraina mengatakan setidaknya 17 orang terluka dalam serangan ini. Guncangan terasa hingga satu mil ketika sebuah komplek di Mariupol dihantam serangkaian ledakan yang memecahkan kaca-kaca jendela, dan menghancurkan bagian depan sebuah gedung.
Polisi dan tentara bergegas ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi korban, membawa ibu hamil dan mengalami pendarahan di tandu. Seorang perempuan memeluk anaknya sambil menangis. Di halaman depan mobil-mobil terbakar dan terdapat kawah dari hasil ledakan.
"Mariupol. Serangan langsung pasukan Rusia di rumah sakit bersalin. Orang-orang, anak-anak berada di bawah reruntuhan. Berapa lama lagi dunia akan menjadi kaki tangan yang mengabaikan teror? Tutup wilayah udara sekarang juga. Hentikan pembunuhan. Anda memiliki kekuatan, tapi Anda tampaknya kehilangan rasa kemanusiaan," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.