REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Ribuan warga Australia kembali ke rumah mereka pada Kamis (10/3/2022), setelah hujan lebat mereda dan air banjir surut. Pihak berwenang meningkatkan upaya pembersihan dan meluncurkan paket dukungan baru untuk penduduk yang kehilangan rumah.
Hujan tanpa henti yang turun sejak akhir bulan lalu membuat tepian sungai meluap di tenggara Australia. Banjir telah menenggelamkan rumah, pertanian, dan jembatan, serta memutus seluruh kota. Sejauh ini, sebanyak 2 orang tewas karena banjir.
“Banyak orang sekarang kembali ke rumah mereka dalam kondisi yang sangat sulit, banyak rumah mereka yang tidak layak huni,” kata Perdana Menteri negara bagian New South Wales, Dominic Perrottet.
Perrottet meluncurkan paket bantuan sebesar 551 juta dolar Australia atau sekitar 403 juta dolar AS untuk penduduk yang terkena banjir. Pemerintah juga menyediakan dukungan sewa hingga 16 minggu.
Pihak berwenang mengatakan, lebih dari 1.200 orang masih berada di tempat penampungan darurat di wilayah Northern Rivers. Sementara sekitar 3.000 rumah dianggap tidak layak huni.
Tim penyelamat, termasuk personel pasukan pertahanan membersihkan puing-puing dan mengirimkan pasokan penting. Sebelumnya Perdana Menteri Scott Morrison, menetapkan bencana banjir sebagai kondisi darurat nasional. Morrison juga menetapkan zona bencana di kota-kota yang dilanda banjir.
Laporan Dewan Iklim Australia yang diterbitkan pada Kamis menggambarkan, peristiwa banjir ini sebagai salah satu bencana paling ekstrem dalam sejarah Australia. Bencana banjir tersebut telah menyebabkan kehancuran yang luas. Total kerusakan diperkirakan mencapai 1,77 miliar dolar Australia atau 1,30 miliar dolar AS.