REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan pada Kamis (10/3/2022), bahwa kritik yang dihadapi atas serangkaian pembunuhan jurnalis adalah bagian dari kampanye untuk melemahkan pemerintahannya. Kritik itu dinilai sama saja dengan kudeta halus yang diatur oleh perusahaan media.
"Ini semacam kudeta. Ini bukan lagi kudeta militer tradisional, ini kudeta halus dengan kekuatan media yang umumnya mengontrol opini publik," kata Lopez Obrador.
Setelah pernyataan Lopez Obrador itu, Parlemen Eropa mengeluarkan resolusi yang menyerukan Meksiko untuk memastikan bahwa pembela hak asasi manusia dan jurnalis dapat melanjutkan kegiatan tanpa takut akan pembalasan. "Mencatat dengan prihatin kritik sistematis dan keras yang digunakan oleh otoritas tertinggi Pemerintah Meksiko terhadap jurnalis," kata badan pembuat undang-undang Uni Eropa ini.
Lopez Obrador telah meningkatkan serangannya terhadap jurnalis dan media yang dianggap memusuhi pemerintahnya. Dia menuduh media-media itu sebagai pion dari hak konservatif dan elit.
"Ada kampanye melawan pemerintah yang saya wakili yang mengambil keuntungan dari keadaan yang tidak menguntungkan ini," katanya dalam menanggapi pertanyaan tentang apakah pemerintahnya gagal melindungi pekerja media.
Aktivis lokal, kelompok internasional, dan anggota parlemen Amerika Serikat (AS) telah meminta Lopez Obrador untuk berbuat lebih banyak dalam mengendalikan kekerasan dan melindungi wartawan. Sekitar enam wartawan telah meninggal di Meksiko pada bulan-bulan awal 2022 saja.
Menurut organisasi hak asasi manusia Article 19, sekitar 145 jurnalis terbunuh di Meksiko dari tahun 2000 hingga 2021. Jumlah ini menjadikan Meksiko adalah salah satu negara yang paling mematikan bagi jurnalis. Tahun terburuk dalam sejarah baru-baru ini pada 2017, sebanyak 12 pembunuhan terjadi dan diikuti pada 2010 dengan 10 pembunuhan pada jurnalis.
"Tidak adanya tindakan pemerintah Meksiko memungkinkan impunitas yang memicu serangan ini semakin memburuk dan memperkuat status buruknya sebagai negara paling mematikan bagi jurnalis di belahan bumi ini," ujar perwakilan Meksiko untuk Komite Perlindungan Jurnalis, Jan-Albert Hootsen.