Jumat 11 Mar 2022 14:23 WIB

Intelijen AS: Operasi Militer Rusia di Ukraina Abaikan Keselamatan Warga Sipil

Pemerintah Rusia harus bertanggungjawab atas serangan terhadap warga sipil.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Asap membubung pascaserangan di Mariupol, Ukraina, Rabu (9/3/2022).
Foto: AP Photo/Evgeniy Maloletka
Asap membubung pascaserangan di Mariupol, Ukraina, Rabu (9/3/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Intelijen Amerika Serikat (AS) mengatakan, pasukan Rusia melancarkan operasi militer di Ukraina dengan mengabaikan keselamatan warga sipil. Direktur Intelijen Nasional AS Avril Haines pada Kamis (10/3/2022), meminta pertanggungjawaban Rusia yang telah menyerang warga sipil. 

Haines mengatakan, para perwira intelijen sedang mendokumentasikan tindakan Rusia untuk dimintai pertanggungjawaban. Haines menambahkan, pemerintah di Moskow maupun individu yang terlibat dalam invasi harus bertanggung jawab atas serangan terhadap warga sipil.

Baca Juga

“Pasukan Rusia beroperasi dengan sembrono dan mengabaikan keselamatan warga sipil, ketika unit Rusia meluncurkan artileri dan serangan udara ke daerah perkotaan, seperti yang telah mereka lakukan di kota-kota di seluruh Ukraina,” kata Haines.

Para pejabat AS, termasuk Wakil Presiden Kamala Harris, telah menawarkan dukungan untuk menyerukan penyelidikan kejahatan perang internasional atas invasi Rusia. Mereka mengatakan, Rusia telah melakukan kejahatan perang. Salah satu contohnya yaitu membombardir rumah sakit bersalin di kota Mariupol. 

Direktur Badan Intelijen Pertahanan Militer AS, Scott Berrier, mengatakan, Rusia menggunakan rudal, artileri, dan beberapa peluncur roket. Rusia juga menggunakan beberapa senjata berpemandu presisi dalam serangan di rumah sakit dan blok apartemen Ukraina.

Tiga minggu setelah konflik, Haines dan para pemimpin intelijen lainnya mengatakan, Rusia terkejut dengan kekuatan perlawanan Ukraina. Haines mengatakan, perlawanan itu membuat Rusia kehilangan kemenangan cepat.

Sementara Berrier mengatakan, awalnya dia percaya bahwa Ukraina tidak siap untuk berperang. Oleh karena itu, dia mempertanyakan keinginan Ukraina untuk berperang. 

"Itu adalah penilaian yang buruk dari saya karena mereka telah berperang dengan berani dan terhormat," ujar Berrier.

Para kepala intelijen berpendapat, Cina mulai gelisah dengan perlawanan Ukraina terhadap militer Rusia. Sejauh ini, China belum mengeluarkan pernyataan yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.

“Saya percaya bahwa kepemimpinan China, khususnya Presiden Xi (Jinping), sedang gelisah," kata Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA), William Burns.  

Agen mata-mata AS menilai, sebelum invasi Presiden Rusia Vladimir Putin meremehkan kemungkinan perlawanan Ukraina. Rusia tidak memprediksi dengan baik tantangan militer yang akan dihadapinya.

Rusia membantah menargetkan warga sipil. Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai operasi khusus yang tidak dirancang untuk menduduki wilayah, tetapi menghancurkan kemampuan militer dan menangkap apa nasionalis berbahaya. Ukraina dan sekutunya mengatakan, Rusia menggunakan alasan yang tak berdasar untuk menyerang negara berpenduduk 44 juta orang itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement