REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menerima kunjungan Presiden Israel Isaac Harzog pada Rabu (9/3). Kelompok Hamas geram karena Turki menjamu Herzog.
"Kami mengungkapkan kesedihan kami atas kunjungan ke saudara-saudara kami di negara-negara Arab dan Islam, yang kami anggap 'kedalaman strategis' rakyat Palestina kami dan tujuan nasional mereka yang adil," kata Hamas dilansir dari Times of Isarel, Jumat (11/3/2022).
Ankara telah lama mendukung Hamas, menjadi tuan rumah bagi pejabat dalam kelompok tersebut dan bahkan dilaporkan memberi mereka kewarganegaraan.
Pada akhir 2020, Erdogan bertemu dengan delegasi Hamas termasuk pemimpin kelompok itu Ismail Haniyeh dan wakil pemimpinnya Saleh al-Arouri.
Hamas yang pelindung regional utamanya adalah Iran, mengeluarkan kecaman yang lebih keras atas perjalanan Herzog ke Turki, menyebutnya sebagai “pengabaian Yerusalem dan Palestina.”
“Perjalanan ini menyingkirkan darah para syuhada Turki yang tewas untuk Gaza,” kata Hamas, merujuk pada warga Turki yang tewas dalam insiden Mavi Marmara 2010.
Para aktivis Turki itu berusaha memprotes blokade Israel atas Gaza sebagai pernyataan politik, ketika tentara Israel menggerebek kapal mereka. Bentrokan tersebut menyebabkan sembilan warga Turki meninggal dunia dan melukai 10 tentara Israel.
Sebagai bagian dari upaya pemulihan hubungan baru-baru ini, Israel dilaporkan telah meminta Turki untuk mengusir pejabat Hamas.
Perjalanan Herzog ke Turki pada Rabu dan Kamis adalah kunjungan tingkat tertinggi oleh seorang pejabat Israel sejak mantan perdana menteri Ehud Olmert pergi ke negara itu pada 2008.
Dalam tahun-tahun berikutnya, ketegangan antara Israel dan Turki meningkat secara substansial, terutama setelah kejadian armada Gaza pada 2010.
Tetapi kedua belah pihak kemudian memulai pemulihan hubungan, karena Turki, yang dilanda masalah ekonomi, telah berusaha untuk mengakhiri isolasi internasionalnya dengan menormalkan hubungan dengan beberapa negara di kawasan Timur Tengah, termasuk Mesir, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.
Sementara itu Herzog mengatakan kepada wartawan Israel, bahwa Erdogan telah terbuka untuk dialog tentang banyak dan beragam masalah, “Dan kami masuk ke perincian tentang hal-hal yang penting bagi kedua belah pihak,” kata Herzog.
Dia mengatakan proses menghidupkan kembali hubungan dengan Ankara dilakukan tanpa ilusi, tetapi mencerminkan kepentingan bilateral.
Sumber: timesofisrael