REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Kementerian perdagangan Lebanon telah melarang ekspor beberapa makanan yang diproduksi secara lokal. Larangan ini dikeluarkan oleh Menteri Perindustrian Lebanon George Bushkian pada Jumat (11/3/2022).
“Menteri Perindustrian Lebanon George Bushkian mengeluarkan dekrit melarang ekspor makanan yang diproduksi di Lebanon sampai pemberitahuan lebih lanjut,” kata media lokal melaporkan dan dilansir dari Alaraby, Sabtu (12/3/2022).
Larangan ekspor mencakup lebih dari 20 jenis makanan, seperti buah dan sayuran olahan, produk biji-bijian giling, gula, roti, dan beberapa jenis alkohol. Larangan itu juga mencakup daging, produk susu, biji kopi, dan pakan ternak.
Langkah itu diambil ketika negara-negara lain mengambil langkah-langkah untuk menjaga cadangan pangan mereka di tengah meningkatnya krisis pangan akibat invasi Rusia ke Ukraina bulan lalu, yang telah memperburuk lonjakan global harga komoditas utama, termasuk makanan dan minyak.
Pekan ini, Mesir melarang ekspor gandum, tepung, lentil, dan pasta. Ukraina juga mengumumkan larangan ekspor pertaniannya, termasuk jelai, gula, dan daging, sehingga banyak negara, seperti Lebanon, menghadapi kekurangan cadangan gandum.
Menteri Ekonomi Amin Salim telah memperingatkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina kemungkinan akan menyebabkan gangguan jangka panjang pada rantai pasokan makanan.
“Antara 50 persen dan 60 persen dari impor gandum (Lebanon) berasal dari Ukraina atau Rusia, berjumlah antara 40 dan 50 ribu ton per tahun, didistribusikan antara 12 pabrik di seluruh Lebanon,” kata Salim.
Lebanon, yang telah berjuang untuk terus menyediakan gandum bagi penduduknya sejak ledakan pelabuhan Beirut, telah berusaha untuk mengamankan pasokan kesepakatan dari India dan Turki, di antara negara-negara lain.