Sabtu 12 Mar 2022 19:02 WIB

Strategi Multination Jadikan Kolintang Lebih Berpeluang Diakui UNESCO

Pinkan mengadakan lomba virtual SD-SMP untuk mendukung Kolintang Goes to UNESCO.

Pemerhati kolintang Mayjen (Purn) Lodewyk Pusung.
Foto: Republika/Erik PP
Pemerhati kolintang Mayjen (Purn) Lodewyk Pusung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyambut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada 2 Mei 2022, Persatuan Insan Kolintang Indonesia (Pinkan) Indonesia didukung Sanggar Limeka akan menyelenggarakan lomba virtual kolintang tingkat usia SD-SMP (LVKSD-SMP). Lomba diadakan sebagai upaya menumbuhkembangkan bakat serta minat siswa sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP) terhadap kolintang, yang merupakan warisan budaya tak benda asal Minahasa, Sulawesi Utara.

Ketua Umum Pinkan Indonesia, Penny Marsetio menuturkan, LVKSD-SMP diadakan sebagai usaha untuk mendukung Kolintang Goes to UNESCO. "Lomba ini untuk lebih mengenalkan kolintang bagi generasi milenial, yaitu tingkat anak-anak SD dan SMP. Ini merupakan titik awal untuk mengenalkan kolintang di seluruh NKRI. Karena mereka adalah generasi penerus bangsa ini. Agar musik kolintang tetap lestari dan bertahan sampai seterusnya," kata Penny di Jakarta, Jumat (11/3/2022) malam WIB.

Baca Juga

Dia menjelaskan, perhelatan lomba bertujuan untuk mengantarkan Ansambel Musik Kolintang Kayu (AMKK) Minahasa agar bisa Goes to UNESCO. Hal itu setelah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengumumkan kolintang masuk dalam hasil seleksi Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia yang diusulkan dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO. Menurut Penny, pada 2022, kolintang diusulkan secara multination atau jointly submision alias bersama negara lain, yaitu Filipina.

"Ini menjadi angin segar bagi pecinta alat musik kolintang yang telah berjuang agar kolintang sebagai alat musik yang berasal dari suku Minahasa, bisa diakui dunia. Jointly submission atau multination adalah merupakan keputusan dari Kemendikbudristek dengan mempertimbangkan akan lebih mudah dan terbaik karena pesaingnya lebih sedikit," ucap Penny.

Pemerhati kolintang Mayjen (Purn) Lodewyk Pusung menyebut, strategi multination atau jointly submision diyakini akan berhasil dan lebih berpeluang menjadikan kolintang sebagai WBTb di UNESCO. Sayangnya, kata dia, perjuangan Pinkan Indonesia malah dicemooh oleh sekelompok orang di tempat asalnya.

"Sudah tersiar di Manado sana, Pinkan yang mengajukan joint submission, ini keputusan dirjen Kemendikbud kenapa sampai begitu? Karena selama ini kolintang diajukan tak pernah lolos, masuk nominasi pun tidak, sekarang kita masuk nominasi, kita ditawarkan," kata Lodewyk. (Baca: Kolintang Diajukan ke UNESCO Agar Diakui Dunia)

"Jadi bukan pengusulan Pinkan ya, itu gak bener, berbuat pun tidak tapi mencari kambing hitam mencari kesalahan orang, mencari kesalahan organisasi dan menjelek-jelekkan Pinkan, dia gak paham betul ini. Kalau seandanya Filipina tak siap kita lanjut sendiri," kata Lodewyk yang menjabat Pangdam I/Bukit Barisan periode 2015-2017 ini.

Etnomusikolog Franki Raden menuturkan, jalur pengajuan tersebut sudah dikomunikasikan dengan perwakilan dari Filipina, dan mereka menyambut dengan antusias. Dia juga menegaskan, tim pengusung fokus pada multination atau jointly submision sesuai yang diputuskan oleh Kemendikbudristek.

"Jika tahun ini tidak lolos maka tahun depan bisa mengajukan ulang. Itulah salah satu keuntungan kalau diajukan melalui joint submission dan tidak ada persaingan yang ketat lagi," kata Franki. Adapun jika diajukan tunggal, sambung dia, apabila tahun ini tidak lolos maka dapat diajukan dua tahun lagi dan persaingan lebih banyak dan ketat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement