Sabtu 12 Mar 2022 19:19 WIB

G7 Siap Perluas Larangan Impor Produk dari Rusia

Dengan larangan ini, Rusia dapat hilang pendapatan lebih dari 1 miliar dolar AS.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Fuji Pratiwi
Presiden AS Joe Biden menjelang KTT G7 di Carbis Bay, Cornwall, Inggris, Kamis 10 Juni 2021. Negara anggota G7 siap memberlakukan pembatasan ekspor dan impor barang-barang dari Rusia.
Foto: AP/Toby Melville/reuters pool
Presiden AS Joe Biden menjelang KTT G7 di Carbis Bay, Cornwall, Inggris, Kamis 10 Juni 2021. Negara anggota G7 siap memberlakukan pembatasan ekspor dan impor barang-barang dari Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, TAORMINA – Negara anggota G7 siap memberlakukan pembatasan ekspor dan impor barang-barang dari Rusia. Hal itu sehubungan masih berlanjutnya aksi penyerangan Rusia ke Ukraina.

"Kami siap untuk memberlakukan pembatasan lebih lanjut pada ekspor dan impor barang serta teknologi utama di Federasi Rusia," kata G7 dalam sebuah pernyataan bersama yang dirilis Jumat (11/3/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Negara anggota G7 juga akan berusaha menghilangkan proses tertentu dari akses ke barang dan aset mewah. G7 beranggotakan Amerika Serikat (AS), Kanada, Italia, Inggris, Jerman, Prancis, Jepang, dan Uni Eropa. Pada hari yang sama pernyataan G7 dirilis, Presiden AS Joe Biden mengumumkan larangan impor terbaru terhadap Rusia.

Setelah minyak, kini Biden melarang komoditas makanan laut, minuman alkohol, dan berlian asal Rusia memasuki Negeri Paman Sam. "AS dan sekutu serta mitra kami terus berjalan untuk meningkatkan tekanan ekonomi pada Putin serta untuk lebih mengisolasi Rusia di panggung global," kata Biden dalam sebuah pidato di Gedung Putih, Jumat.

Menurut Gedung Putih, dengan larangan impor terbaru, Rusia dapat kehilangan pendapatannya sebesar lebih dari 1 miliar dolar AS. "Kami akan terus menekan Putin untuk menolak kemampuan Rusia meminjam dari lembaga internasional terkemuka, seperti Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia," ujar Biden.

Pada Selasa (8/3/2022) lalu, Biden mengumumkan akan memberlakukan larangan impor minyak dan gas dari Rusia. Biden mengatakan, pemerintahannya menargetkan arteri utama ekonomi Rusia sebagai respons atas langkahnya menyerang Ukraina.

"Kami melarang semua impor minyak dan gas serta energi Rusia. Itu berarti minyak Rusia tidak lagi dapat diterima di pelabuhan AS dan rakyat Amerika akan memberikan pukulan kuat lainnya kepada (Presiden Rusia Vladimir) Putin," ujarnya.

Biden mengatakan, keputusannya memberlakukan larangan impor terhadap minyak dan gas Rusia diambil dalam konsultasi erat dengan sekutu. "AS memproduksi jauh lebih banyak minyak di dalam negeri daripada gabungan seluruh Eropa. Kami adalah pengekspor bersih energi, jadi kami dapat mengambil langkah ini ketika yang lain tidak bisa," ucapnya.

Kendati demikian, Biden tak menampik bahwa rakyat AS akan menanggung konsekuensi dari keputusan pelarangan impor minyak dan gas Rusia tersebut. "Akan ada harga juga di sini, di AS. Saya katakan, saya akan sejajar dengan rakyat Amerika dari awal, dan ketika saya pertama kali berbicara tentang hal ini, saya mengatakan, ada harga untuk mempertahankan kebebasan, itu akan merugikan kita juga di AS," kata Biden.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement