REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH—Kementerian Kesehatan Saudi mengakhiri konferensi pers Covid-19 yang telah digelar sebanyak 225 kali sepanjang pandemi. Dalam konferensi pers terakhir, juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammed Al-Abd Al-Aly dan juru bicara Kementerian Dalam Negeri Letnan Kolonel Talal Al-Shalhoub berterima kasih kepada semua orang yang telah mengambil bagian.
“Kerajaan hampir mengatasi pandemi sepenuhnya, berkat perluasan dalam upaya imunisasi dan peningkatan program kesadaran masyarakat,” kata Al-Aly dalam konferensi yang dilansir dari Arab News, Sabtu (12/3/2022).
Taiseer Almofarej, direktur eksekutif komunikasi dan kesadaran korporat Badan Pengawasan Obat dan Makanan Saudi (SFDA), mengatakan, bahwa setiap tahap yang dia ikuti merupakan tindak lanjut dari apa yang terjadi pada saat itu. “Awalnya kami merasakan tanggung jawab, merujuk pada slogan ‘kami semua bertanggung jawab’, yang kemudian dilanjut dengan upaya antisipasi selama fase New Normal, dan dilanjut dengan pendorongan peluncuran vaksin, kata Almofarej kepada Arab News.
Juru bicara Kementerian Pendidikan Ibtisam Al-Shehri mengatakan, krisis Covid-19 membawa kesulitan bagi semua orang, dan terlebih lagi bagi jutaan siswa dan ratusan ribu guru di Kerajaan karena ketidakpastian yang disebabkan oleh penutupan sekolah dan kendala pengaplikasian sistem daring sebegai metode pengajaran baru. “Saya merasa bangga menjadi bagian dari tim kerja yang dengan dukungan kepemimpinan rasional dan tindak lanjut dari menteri pendidikan, berusaha keras untuk melanjutkan studi dan proses pendidikan bagi siswa dan tidak berhenti untuk satu hari, ” katanya.
Al-Shehri mengatakan, bahwa sementara hubungan sosial terpengaruh selama pandemi karena tindakan pencegahan, orang dapat beradaptasi dengan kondisi baru. “Kami dengan bersemangat kembali ke kehidupan normal,” tambahnya, mengungkapkan kebahagiaannya bahwa krisis telah diatasi.
Saad Al-Hammad, juru bicara Kementerian Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Sosial mengatakan masih ingat bagaimana dampak pandemi bagi aktivitas pergerakan warga Saudi, dimana jalan-jalan Riyadh hampir suluruhnya kosong dari pejalan kaki, mobil, dan segala aktivitas di dalamnya. Dia mengatakan, dia senang dengan penurunan jumlah kasus Covid-19 di Arab Saudi dan bagaimana kehidupan kembali normal.
“Pandemi mungkin telah menarik pola hubungan dan komunikasi manusia baru, tetapi itu tidak mengguncang hubungan kita dengan orang yang kita cintai, kerabat, dan teman,” kata dia.
Konferensi pers Kementerian Kesehatan ditayangkan setiap hari selama awal pandemi pada 2020. Kemudian berlanjut menjadi tiga kali seminggu, dan akhirnya berlangsung seminggu sekali.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammed Al-Abd Al-Aly mengatakan, kementerian akan terus memberikan informasi dan perkembangan penting terkait pandemi dan konferensi pers hanya akan diadakan jika diperlukan atau ada perkembangan baru. Kementerian juga telah menghentikan laporan harian yang dibagikan melalui Saudi Press Agency.
“Masalah laporan statistik harian kasus virus corona juga akan ditangguhkan. Namun, data akan tersedia untuk para ahli dan spesialis di situs resmi kementerian,” kata juru bicara itu.
Langkah-langkah pencegahan yang dicabut mencakup semua langkah jarak sosial, termasuk pencabutan jarak sosial di Dua Masjid Suci, begitu juga pengenaan masker di luar ruangan yang tidak lagi wajib. Arab Saudi juga tidak akan lagi mengharuskan pelancong untuk menjalani karantina Covid-19 wajib saat tiba di Kerajaan. Pelancong juga tidak perlu lagi memberikan tes PCR pada saat kedatangan mereka.
Tetapi semua kedatangan di Kerajaan dengan visa kunjungan dalam bentuk apa pun diharuskan untuk mendapatkan asuransi yang mencakup biaya perawatan dari infeksi virus corona. Mengenakan masker di dalam ruangan juga masih diperlukan dan orang-orang masih perlu menunjukkan status kekebalan mereka di aplikasi Tawakkalna untuk memasuki tempat komersial seperti hotel dan restoran.
“Perasaan bangga menang atas perasaan lainnya, dan kami berhak bangga atas apa yang telah diberikan Arab Saudi selama pandemi di semua tingkat kesehatan, sosial, kemanusiaan, dan ekonomi, karena upaya ini merupakan model penanganan profesional dalam manajemen krisis di seluruh dunia,” kata dia.