REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus mengeluarkan pernyataan paling keras mengenai invasi Rusia ke Ukraina. Ia mengatakan, agresi bersenjata tidak dapat diterima dan harus dihentikan.
Dalam khutbah misa Minggu di Alun-alun Santo Peter, Paus mengatakan pembunuhan anak-anak dan sipil tak bersenjata adalah tindakan "barbar". Tak ada alasan strategis yang valid untuk penyerangan itu. Ia menyebut Kota Mariupol yang sedang dikepung Rusia sebagai "kota martir."
Ia juga kembali meminta "koridor keamanan yang benar-benar aman" agar warga dapat melakukan evakuasi. "Atas nama Tuhan saya meminta anda: hentikan pembantaian ini," kata Paus, Ahad (13/3/2022).
Ia menambahkan kota-kota Ukraina berisiko "berubah menjadi kuburan." Paus tidak menyebutkan Rusia saat mengecam invasi yang digelar Presiden Vladimir Putin pada 24 Februari lalu.
Namun pilihan kata-kata seperti "agresi bersenjata" dan tidak ada alasan strategis yang valid menunjukkan Paus menolak alasan Rusia menggelar invasi. Pekan lalu Fransiskus terang-terangan menolak istilah "operasi militer" khusus yang digunakan Rusia.
Ia mengatakan serangan Rusia tidak dapat disebut "hanya operasi militer" tapi perang yang mengakibatkan "sungai darah dan air mata." Moskow mengatakan serangannya tidak dirancang untuk menduduki wilayah tapi mendemiliterisasi dan "de-Nazifikasi" Ukraina. Mereka juga membantah menyerang pemukiman sipil.