Senin 14 Mar 2022 09:17 WIB

Kritik Keras Paus untuk Rusia

Paus menilai, pembunuhan anak-anak dan warga sipil adalah tindakan barbar.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 FILE - Paus Fransiskus bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada kesempatan audiensi pribadi mereka di Vatikan pada 10 Juni 2015. Paus Fransiskus pergi ke Kedutaan Besar Rusia pada Jumat, 25 Februari 2022 untuk secara pribadi “menyatakan keprihatinannya tentang perang, ” kata Vatikan, dalam sikap kepausan yang luar biasa, langsung yang tidak memiliki preseden baru-baru ini. Biasanya, paus menerima duta besar dan kepala negara di Vatikan, dan protokol diplomatik akan meminta menteri luar negeri Vatikan untuk memanggil duta besar.
Foto: AP/Gregorio Borgia, Kolam Renang
FILE - Paus Fransiskus bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada kesempatan audiensi pribadi mereka di Vatikan pada 10 Juni 2015. Paus Fransiskus pergi ke Kedutaan Besar Rusia pada Jumat, 25 Februari 2022 untuk secara pribadi “menyatakan keprihatinannya tentang perang, ” kata Vatikan, dalam sikap kepausan yang luar biasa, langsung yang tidak memiliki preseden baru-baru ini. Biasanya, paus menerima duta besar dan kepala negara di Vatikan, dan protokol diplomatik akan meminta menteri luar negeri Vatikan untuk memanggil duta besar.

REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus mengeluarkan pernyataan paling keras mengenai invasi Rusia ke Ukraina. Ia mengatakan, agresi bersenjata tidak dapat diterima dan harus dihentikan.

Dalam khutbah misa Minggu di Alun-alun Santo Peter, Paus mengatakan pembunuhan anak-anak dan sipil tak bersenjata adalah tindakan "barbar".  Tak ada alasan strategis yang valid untuk penyerangan itu. Ia menyebut Kota Mariupol yang sedang dikepung Rusia sebagai "kota martir."

Baca Juga

Ia juga kembali meminta "koridor keamanan yang benar-benar aman" agar warga dapat melakukan evakuasi. "Atas nama Tuhan saya meminta anda: hentikan pembantaian ini," kata Paus, Ahad (13/3/2022).

Ia menambahkan kota-kota Ukraina berisiko "berubah menjadi kuburan." Paus tidak menyebutkan Rusia saat mengecam invasi yang digelar Presiden Vladimir Putin pada 24 Februari lalu.

Namun pilihan kata-kata seperti "agresi bersenjata" dan tidak ada alasan strategis yang valid menunjukkan Paus menolak alasan Rusia menggelar invasi. Pekan lalu Fransiskus terang-terangan menolak istilah "operasi militer" khusus yang digunakan Rusia.

Ia mengatakan serangan Rusia tidak dapat disebut "hanya operasi militer" tapi perang yang mengakibatkan "sungai darah dan air mata." Moskow mengatakan serangannya tidak dirancang untuk menduduki wilayah tapi mendemiliterisasi dan "de-Nazifikasi" Ukraina. Mereka juga membantah menyerang pemukiman sipil.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement