Senin 14 Mar 2022 15:36 WIB

Hong Kong tak Berencana Perketat Pembatasan Sosial Covid-19

Pembatasan sosial Covid-19 tak diperketat demi pertimbangkan kesehatan mental warga.

Seorang warga mengenakan masker melintasi pertokoan di Hong Kong.
Foto: AP/Vincent Yu
Seorang warga mengenakan masker melintasi pertokoan di Hong Kong.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pemimpin Hong Kong Carrie Lam pada Senin (14/3/2022) mengatakan bahwa tidak ada rencana untuk memperketat pembatasan jarak sosial COVID-19. Pasalnya, otoritas berjuang menekan wabah yang semakin parah yang membuat beban sistem kesehatan dan kematian meningkat. 

Lam mengatakan, ada batasan untuk pengetatan lebih lanjut, ketika pusat bisnis global itu telah memberlakukan pembatasan paling ketat sejak strategi COVID-19 dimulai pada 2020. Pertemuan lebih dari dua orang dilarang, sebagian besar tempat seperti sekolah tutup dan kewajiban memakai masker masih berlaku di mana pun, bahkan di luar ruangan.

Baca Juga

"Pemerintah harus sangat hati-hati sebelum memperketat aturan jaga jarak sosial lebih lanjut dengan harus mempertimbangkan kesehatan mental warga negara," katanya saat jumpa pers, mengutip reuters, Senin.

Pekan lalu Lam mengatakan bahwa pemerintah tidak memberikan kurun waktu untuk kemungkinan tes COVID wajib massal bagi 7,4 juta warga Hong Kong. Otoritas melaporkan lebih dari 700.000 kasus dan 4.000 kematian COVID, yang mayoritas dilaporkan dalam tiga pekan terakhir.

Bekas koloni Inggris itu mengikuti strategi nol-COVID dinamis China yang bertujuan untuk mengantisipasi wabah segera. Hong Kong secara efektif menutup perbatasanselama dua tahun pandemi dengan melonggarkan sedikit penerbangan dan melarang penumpang transit.

Namun, kematian melonjak, terutama di kalangan kaum lansia yang sebagian besar tidak divaksin. Hong Kong mencatat kematian paling tinggi per jutaan orang secara global dalam sepekan hingga 10 Maret, menurut publikasi data Our World in Data.

Pernyataan Lam itu disampaikan setelah China melaporkan lonjakan kasus lokal baru pada Ahad, yang jumlahnya lebih dari tiga kali kasus harian sehari sebelum sekaligus tertinggi dalam sekitar dua tahun. Sejumlah pengguna internet menumpahkan kemarahannya terhadap Hong Kong di media sosial, menyebutnya telah gagal mengendalikan wabah COVID-19 dan menyalahkan pusat bisnis global itu lantaran menyebabkan lonjakan kasus baru-baru ini.

"Warga Shenzhen mendamprat Hong Kong setiap hari selama sebulan terakhir. Sangat jelas bahwa (pusat bisnis) itu menyebabkan begitu banyak masalah bagi yang lain" kata salah satu warganet bernama Chen Shui lewat unggahan di media sosial Weibo.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement