REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- China memiliki hubungan unik dengan Rusia yang dapat digunakan untuk mengakhiri perang selama tiga pekan Rusia di Ukraina, kata pejabat Amerika Serikat (AS) pada Senin (14/3/2022).
Berbicara setelah Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan bertemu dengan pejabat senior China Yang Jiechi, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan Beijing "memiliki pengaruh yang luar biasa dengan Rusia."
Hubungan antara Rusia dan China "berbeda dari hubungan yang kita, atau hampir semua negara lain di planet ini miliki dengan Rusia," kata Price kepada wartawan.
"Dengan mengingat hal itu, [China] dapat melakukan lebih dari yang mungkin dilakukan banyak negara lain untuk mengakhiri kekerasan yang tidak masuk akal ini, kebrutalan ini, pada perang pilihan yang direncanakan Putin," ujar dia.
Pernyataan itu muncul setelah laporan media muncul selama akhir pekan yang mengungkapkan bahwa Rusia telah menjangkau China untuk meminta bantuan ekonomi dan militer guna meningkatkan upaya perangnya di Ukraina. Rusia dan China telah membantah laporan tersebut.
Price tidak berbicara langsung terkait klaim tersebut, yang mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.
Penasihat keamanan nasional AS "mengangkat berbagai masalah dalam hubungan AS-China, dengan diskusi substansial tentang" perang Ukraina.
Perang Rusia melawan Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah menarik kecaman internasional, menyebabkan sanksi keuangan terhadap Moskow, dan mendorong penarikan perusahaan global dari Rusia.
Setidaknya 596 warga sipil telah tewas dan 1.067 terluka di Ukraina sejak awal perang, menurut PBB. Sekitar 2,8 juta orang juga telah melarikan diri ke negara-negara tetangga, kata badan pengungsi PBB.