REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH— Kelompok advokasi tahanan Palestina menyebut otoritas pendudukan Israel menahan 448 warga Palestina, hanya pada periode Februari 2022. Tindakan ini termasuk kepada 71 anak di bawah umur dan 10 wanita.
Dilansir dari Wafa News, Selasa (15/3/2022), kelompok itu mengatakan dalam laporan bulanan merek tentang para pejuang kemerdekaan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel bahwa jumlah penangkapan tertinggi terjadi di Yerusalem Timur.
Di wilayah yang diduduki itu ada 166 warga Palestina ditahan pada Februari, termasuk 56 anak di bawah umur.
Dikatakan juga bahwa 107 perintah penahanan administratif yang dilarang secara internasional dikeluarkan pada Februari terhadap aktivis Palestina, termasuk 32 yang baru dan 75 pembaruan perintah yang ada.
Kelompok-kelompok itu, termasuk Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan, Masyarakat Tahanan Palestina, Asosiasi Dukungan dan Hak Asasi Manusia Addameer Prisoner, dan Pusat Informasi Wadi Hilweh, mengatakan Israel saat ini menahan 4.400 warga Palestina di penjara-penjaranya. Ini termasuk 33 wanita, 160 anak di bawah umur. dan 490 tahanan administratif yang ditahan tanpa tuduhan atau pengadilan.
Karena tindakan sewenang-wenang Israel ini, pada awal Maret, para tahanan di penjara-penjara Israel telah mengumumkan rencana mogok makan massal yang akan dilakukan pada akhir bulan ini. Aksi ini dilakukan sebagai protes atas tindakan represif otoritas pendudukan Israel terhadap mereka.
Para tahanan Palestina meningkatkan aksi protes terhadap penahanan mereka, sampai tuntutan mereka dipenuhi. Pernyataan itu menyimpulkan bahwa para tahanan akan memulai mogok makan pada 25 Maret, jika kebijakan Israel, seperti menempatkan tahanan di sel isolasi dan menggeledah mereka secara paksa, terus berlanjut.