REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Dua orang sumber mengatakan Jepang akan mencabut status Rusia sebagai mitra dagang paling favorit. Langkah ini merupakan sanksi lebih lanjut atas invasi Rusia ke Ukraina.
Stasiun televisi NHK melaporkan, pemerintah akan mengumumkan keputusan ini pada Rabu (16/3/2022). Pada Jumat (11/3/2022) lalu kelompok negara-negara kaya yang tergabung dalam Group of Seven (G7) mengatakan akan mengambil langkah tersebut.
Surat kabar Mainichi melaporkan dengan dicabutnya status mitra dagang paling favorit maka Jepang akan menaikan tarif sejumlah produk makanan laut seperti bulu babi dan kepiting yang diimpor dari Rusia. Langkah ini akan diputuskan setelah legislasi disahkan dalam sesi sidang parlemen.
Data pemerintah menunjukkan, pada 2021 sekitar 81 persen bulu babi dan 47,6 persen kepiting impor Jepang berasal dari Rusia.
Jepang sudah memberlakukan sanksi-sanksi pada ekspor cip dan peralatan teknologi tinggi ke Rusia. Pada Selasa (15/3/2022) kemarin Jepang juga memutuskan membekukan aset 17 individu Rusia.
Kementerian Keuangan Jepang mengatakan dengan langkah terbaru ini jumlah orang yang mendapat sanksi usai Rusia menginvasi Ukraina menjadi 61 orang. Keputusan tersebut diambil setelah Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi pada sejumlah individu Rusia. Termasuk miliuner Viktor Vekselberg dan 12 anggota parlemen Rusia, Duma.
Kementerian Keuangan mengatakan, Jepang juga memberikan sanksi pada Vekselberg, 11 anggota Duma dan lima anggota keluarga bankir Yuri Kovalchuk. Juru bicara Kementerian Keuangan Hirokazu Matsuno mengatakan Jepang akan bertindak sesuai dengan sanksi-sanksi negara-negara G7.
"Mengenai sanksi-sanksi selanjutnya, kami akan terus mengawasi kondisi dan bersama dengan negara-negara G7, meresponsnya dengan tepat," kata Matsuno dalam konferensi persnya kemarin.