Rabu 16 Mar 2022 20:07 WIB

Seperempat Kasus Covid-19 di AS Terdeteksi dari Sub Varian BA.2

Sub Varian BA.2 juga muncul di sejumlah negara di seluruh dunia.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Sub Varian BA.2 juga muncul di sejumlah negara di seluruh dunia.
Foto: www.pixabay.com
Sub Varian BA.2 juga muncul di sejumlah negara di seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Subvarian omicron BA.2 terdeteksi pada seperempat kasus Covid-19 baru di Amerika Serikat. Jumlah itu terbilang cukup rendah karena subvarian yang sama justru tengah mendominasi di beberapa negara.

Beberapa pekan terakhir, muncul laporan bahwa BA.2 terdeteksi pada hampir semua kasus baru di Denmark, Inggris, Swiss, Swedia, India, Belgia, dan Norwegia. Begitu juga di Afrika Selatan, Filipina, dan Hong Kong.

Baca Juga

Pada pekan kedua dan ketiga Maret 2022, persentase kasus baru AS terkait BA.2 tercatat sebesar 23 persen. Menurut data dari Covariants.org, kasus BA.2 meningkat dua kali lipat setiap dua pekan sejak akhir Januari.

Kasus BA.2 pertama yang teridentifikasi di AS muncul pada waktu yang hampir bersamaan dengan Inggris dan Denmark, yakni periode akhir November hingga awal Desember 2021. Namun, hingga 21 Februari, BA.2 hanya terdeteksi sekitar tiga persen.

Selama periode waktu sama, persentase kasus sequence yang disebabkan oleh BA.2 di Inggris tumbuh menjadi 34 persen. Pada 21 Februari di Denmark, subvarian tersebut menyumbang 95 persen dari semua kasus.

Berdasarkan laporan Statens Serum Institut di bawah naungan Kementerian Kesehatan Denmark, subvarian BA.2 30 persen lebih mudah menular daripada BA.1. Kabar baiknya, omicron jauh lebih tidak ganas daripada delta.

Akan tetapi, seperti yang dilihat AS pada awal Februari 2022, peningkatan penularan omicron dapat menciptakan gelombang kematian yang sama atau melebihi delta. Ada pula indikasi gelombang baru di negara dominan BA.2.

Jumlah rata-rata kasus baru periode per tujuh hari di Inggris meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 27 ribu pada 24 Februari menjadi lebih dari 61 ribu pada 14 Maret. Sementara, Denmark menunjukkan penurunan kasus.

Dari 24 ribu, jumlahnya di Denmark turun menjadi 8.800 dalam periode waktu yang sama. Sementara, AS tidak menunjukkan peningkatan signifikan dalam kasus baru, bahkan ketika subvarian BA.2 disinyalir menyebar.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum mengetahui dengan jelas penyebab perbedaan tingkat penyebaran di sejumlah negara. "Mungkin terkait dengan perbedaan cakupan vaksinasi dan pola kontak yang timbul karena pembatasan, kepadatan populasi, dan lainnya," kata WHO.

Denmark dan Inggris mencabut pembatasan lebih awal dari AS, tetapi tingkat vaksinasi di kedua negara itu lebih tinggi dari AS. Pada kenyataannya, AS tidak mendapati peningkatan BA.2 seperti di kedua negara tersebut.

Dari aspek kepadatan penduduk, Inggris secara keseluruhan jauh lebih terkonsentrasi daripada Denmark, yang lebih padat daripada AS. Padahal, AS juga memiliki pusat kota yang sangat padat.

Pada elemen pengujian, jumlah tes Covid-19 di AS turun dari sekitar 25 ribu pada 7 Maret menjadi sekitar 200 pada 14 Maret. Hal tersebut dikhawatirkan membuat AS lengah dan terhadap varian lain yang mungkin muncul di masa mendatang, dikutip dari laman Deadline, Rabu (16/3/2022).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement