REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian mengatakan Prancis akan mempertimbangkan meminta pertanggungjawaban Rusia pada setiap penggunaan senjata kimia atau bakteriologis dalam invasi ke Ukraina. Ia mengatakan senjata tidak konvensional ini akan mengakibatkan sanksi tambahan ke Rusia.
"Bila serangan kimia atau bakteriologis terjadi di Ukraina, kami tahu siapa satu-satunya yang bertanggung jawab, itu adalah Rusia," kata Le Drian dalam wawancara dengan surat kabar Le Parisien, Rabu (16/3/2022).
"Penggunaan tidak konvensional merupakan eskalasi yang tidak dapat ditoleransi dan jelas akan mengarah pada respon sanksi ekonomi yang masih dan radikal, tanpa tabu," tambahnya.
Le Drian menolak untuk menjelaskan lebih lanjut sifat dari potensi sanksi bila serangan senjata kimia terjadi. Pada Ahad (13/3/2022) lalu surat kabar Jerman, Welt Sontag melaporkan Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengatakan Rusia mungkin menggunakan senjata kimia dalam invasi ke Ukraina.
Stoltenberg menambahkan langkah itu merupakan kejahatan perang. Dalam wawancaranya di Parisien, Le Drian mengatakan dalam perundingan beberapa hari terakhir ia yakin Rusia hanya berpura-pura bernegosiasi dengan Ukraina.
"Hanya ada satu kedaruratan: gencatan senjata, gencatan senjata, gencatan senjata, hanya pada dasar anda bisa bernegosiasi, karena anda tidak bisa bernegosiasi dengan senjata di kepala anda," katanya.