REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Situs resmi Kementerian Situasi Darurat Rusia terkena serangan siber pada Rabu (16/3/2022) malam. Kantor berita TASS melaporkan, nomor hotline di halaman utama situs diubah menjadi nomor Ukraina.
Pemeliharaan situs website saat ini sedang berlangsung. Untuk sementara nomor hotline telah diganti dengan nomor telepon berbasis Rusia. Dilansir TASS, Kamis (17/3/2022), situs website semua departemen regional dan pusat kementerian juga menjadi tidak dapat diakses.
Pada Februari, gelombang serangan siber menghantam parlemen Ukraina, situs web pemerintah dan perbankan. Peneliti keamanan siber mengatakan, penyerang tak dikenal juga telah menginfeksi ratusan komputer dengan malware yang merusak.
Para pejabat telah lama memperkirakan bahwa, serangan siber akan mendahului dan menyertai setiap serangan militer Rusia. Sementara, para analis mengatakan insiden itu menjadi pedoman Rusia selama hampir dua dekade tentang operasi siber.
Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari. Putin melancarkan operasi militer menyusul permintaan bantuan dari para pemimpin di Donbass.
Putin mengatakan, Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina. Satu-satunya tujuan dari operasi militer itu adalah demiliterisasi dan denazifikasi di Ukraina. Putin menuduh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, mengabaikan permintaan Rusia untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan menawarkan jaminan keamanan kepada Moskow.
Kementerian Pertahanan telah berulang kali mengatakan, tentara Rusia menghindari menyerang kota-kota, dan target utamanya adalah infrastruktur militer. Rusia mengklaim, operasi militer tersebut tidak membahayakan penduduk sipil.
Operasi militer tersebut mendorong AS, Uni Eropa, dan negara lainnya menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Selain itu, sebagian besar perusahaan global hengkang dari Rusia.