REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Intelijen militer Inggris pada Kamis (17/3/2022) mengatakan, invasi Rusia ke Ukraina sebagian besar terhenti di semua lini. Pasukan Rusia dikatakan menderita kerugian besar dan membuat kemajuan minimal di darat, laut atau udara dalam beberapa hari terakhir.
"Perlawanan Ukraina tetap kukuh dan terkoordinasi dengan baik. Sebagian besar wilayah Ukraina, termasuk semua kota besar, tetap berada di tangan Ukraina," kata Kementerian Pertahanan Inggris.
Inggris pun bersama sekutu internasional tetap mendukung Ukraina dengan memberikan tambahan sanksi untuk Rusia dan Belarus. Selain itu Pemerintah Inggris memberikan berbagai bantuan militer ekonomi, kemanusiaan dan pertahanan ke Ukraina.
Rusia telah melancarkan invasi ke Ukraina setelah bulan-bulan sebelumnya mengerahkan pasukan di dekat perbatasannya. Aksi militer yang diperintahkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 24 Februari lalu, merupakan invasi skala penuh.
Baca juga : Sekilas Sejarah Islam di Rusia
Korban jiwa meningkat di kedua sisi. Dampaknya dirasakan di luar Eropa karena meningkatnya risiko geopolitik dan energi serta pasar keuangan yang bergejolak mengguncang Asia dan kawasan lain.
Rusia menyatakan, Rabu (16/3/2022), perundingan mereka dengan Ukraina membahas kemungkinan status "negara netral" untuk Ukraina. Status itu mirip dengan Austria atau Swedia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Rabu (16/3/2022) juga mengatakan, negosiasi dalam pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina semakin terdengar realistis. Zelensky menambahkan, meski begitu masih butuh waktu bagi kedua negara untuk melanjutkan dialog.
Rusia memang meminta jaminan dari NATO bahwa aliansi itu tidak akan menerima Ukraina sebagai anggotanya. Rusia memandang NATO terus memperluas wilayahnya hingga ke timur, mengepung Rusia. Jaminan itu tak diberikan NATO kepada Rusia. Hal ini menjadi dalih Rusia untuk menginvasi sejak 24 Februari lalu.
Baca juga : BI: Aliran Modal Asing Keluar Rp 34 Triliun Selama Perang Rusia-Ukraina