REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Angka-angka yang menunjukkan peningkatan global dalam kasus Covid-19 dapat menjadi masalah yang jauh lebih besar karena beberapa negara melaporkan penurunan tingkat pengujian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan negara-negara untuk tetap waspada terhadap virus corona tersebut, Rabu (16/3/2022).
Setelah lebih dari sebulan penurunan, kasus Covid-19 mulai meningkat kembali di seluruh dunia mulai pekan lalu. Kombinasi beberapa faktor menyebabkan peningkatan, termasuk varian Omikron yang sangat menular dan turunan BA.2, serta pencabutan tindakan kesehatan masyarakat dan sosial.
"Peningkatan ini terjadi meskipun ada pengurangan pengujian di beberapa negara, yang berarti kasus yang kami lihat hanyalah puncak gunung es," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Terlebih lagi tingkat vaksinasi yang rendah di beberapa negara. Keengganan menerima suntikan vaksin tidak dapat dipungkiri lahir dari didorong oleh sejumlah besar informasi yang salah.
Infeksi baru melonjak delapan persen secara global dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Sebanyak 11 juta kasus baru dan lebih dari 43.000 kematian baru dilaporkan dari 7-13 Maret, jumlah tersebut adalah kenaikan pertama sejak akhir Januari.
Lompatan terbesar terjadi di wilayah Pasifik Barat yang mencakup Korea Selatan dan Cina. Kasus meningkat 25 persen dan kematian 27 persen.
Afrika juga mengalami peningkatan 12 persen dalam kasus baru dan 14 persen peningkatan kematian. Sedangkan Eropa meningkat dua persen dalam jumlah kasus tetapi tidak ada lonjakan kematian. Daerah lain melaporkan penurunan kasus, termasuk wilayah Mediterania timur, meskipun daerah ini mengalami 38 persen peningkatan kematian terkait dengan lonjakan infeksi sebelumnya.
Sejumlah ahli telah menyuarakan kekhawatiran bahwa Eropa menghadapi gelombang virus korona lain. Kondisi ini melihat peningkatan kasus sejak awal Maret di Austria, Jerman, Swiss, Belanda, dan Inggris.
Kepala Program Kedaruratan Kesehatan WHO Maria Van Kerkhove mengatakan BA.2 tampaknya menjadi varian yang paling menular sejauh ini. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa itu menyebabkan penyakit yang lebih parah dan tidak ada bukti varian baru lainnya mendorong peningkatan kasus.
Gambaran di Eropa juga tidak universal. Contoh saja Denmark melaporkan puncak singkat kasus pada paruh pertama Februari, didorong oleh BA.2. Namun penambahan jumlah kasus ini pun dengan cepat mereda.
Tapi para ahli telah mulai memperingatkan bahwa Amerika Serikat dapat segera melihat gelombang serupa yang terjadi di Eropa. Dengan penyebaran varian BA.2, pencabutan pembatasan, dan potensi berkurangnya kekebalan dari vaksin yang diberikan beberapa bulan lalu bisa menjadi pemicu gelombang baru.
"Saya setuju dengan pelonggaran pembatasan, karena Anda tidak dapat menganggapnya sebagai keadaan darurat setelah dua tahun," kata profesor imunologi di University of Padua Italia Antonella Viola
Menurut Viola, masyarakat harus menghindari pemikiran bahwa Covid-19 sudah tidak ada lagi. "Karena itu tetap lakukan langkah-langkah yang sangat diperlukan, yang pada dasarnya adalah pemantauan dan pelacakan kasus secara terus menerus, dan pemeliharaan kewajiban memakai masker di tempat-tempat tertutup atau sangat ramai," ujarnya.