REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI— Uni Emirat Arab (UEA) menyatakan keinginannya bekerja sama dengan Rusia dalam meningkatkan keamanan energi global. Pernyataan ini dijelaskan Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed Al-Nahyan di Moskow, Kamis (17/3/2022).
Invasi Rusia ke Ukraina telah menarik serangkaian sanksi Barat dan mengganggu pasar energi global. Peristiwa ini membuat negara eksportir energi di Teluk, seperti UEA dan Arab Saudi menjadi sorotan, karena konsumen mencari pasokan untuk menggantikan minyak Rusia.
Produsen OPEC Arab Saudi dan UEA sejauh ini menolak permintaan Amerika Serikat untuk menggunakan kapasitas produksi cadangan mereka untuk membantu menahan harga minyak. UEA mengatakan mereka berkomitmen pada pakta produksi di bawah aliansi OPEC+, yang mencakup Rusia.
“Penting untuk menjaga stabilitas pasar energi dan makanan,” kata Menteri Emirat Sheikh Abdullah dalam konferensi pers bersama yang disiarkan televisi dengan timpalannya dari Rusia Sergei Lavrov.
"Kami menyambut semua upaya mediasi dalam krisis Ukraina. UEA siap untuk terlibat dengan para pihak untuk memperkuat peluang bagi resolusi damai," kata Sheikh Abdullah dilansir dari Arab News, Kamis (17/3/2022).
Uni Emirat Arab telah mencoba untuk berjalan di antara Barat dan Rusia, yang juga telah memperdalam hubungan dengannya. Negara itu abstain dalam pemungutan suara Dewan Keamanan PBB baru-baru ini, yang diveto oleh Moskow. Sheikh Abdullah mengatakan dia juga akan membahas Iran, Suriah, dan Irak selama pembicaraannya di Moskow.
Rusia tampaknya pekan ini telah mundur dari pandangan sebelumnya bahwa sanksi Barat merupakan halangan untuk menyelamatkan pakta nuklir 2015 antara kekuatan global dan Iran tepat ketika kesepakatan tampak dekat pada pembicaraan Wina.
Sementara negara-negara Teluk Arab telah menyuarakan dukungan untuk pembicaraan tersebut, mereka juga mendesak kekuatan global untuk mengatasi kekhawatiran regional atas program rudal balistik Iran dan jaringan proksi, termasuk di Yaman, Irak, dan Lebanon.