REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Sekitar 31 paus pilot mati setelah terdampar massal di pantai Selandia Baru. Pejabat satwa liar mengatakan mereka pertama kali terlihat pada Kamis (16/3/2022), terdampar di tiga kilometer Farewell Spit di Pulau Selatan.
Sehari berikutnya, tim penyelamat berhasil mengembalikan ke laut lima paus yang selamat malam itu. Namun, hanya beberapa jam kemudian, setidaknya dua kembali ke daratan dan harus dieutanasia.
Peristiwa paus terdampar di pantai kali ini adalah yang terbaru dari terdamparnya massal di Farewell Spit, ujung paling utara Pulau Selatan Selandia Baru. Pihak berwenang mengatakan meskipun paus terdampar sangat disesali, itu adalah fenomena alam.
"Ini bukan pengalaman yang tidak biasa di sini di Golden Bay, mengingat topografi daerah itu ... itu dikenal sebagai salah satu pusat terdampar," ujar tim penyelamat Dave Winterburn dari Departemen Konservasi dikutip dari BBC.
Hingga saat ini belum diketahui pasti alasan paus terdampar di wilayah tersebut. Salah satu teori adalah bahwa spit menciptakan dasar laut yang dangkal di teluk dengan dataran pasir yang luas dan lebar beberapa kilometer menjadi penyebabnya.
Kondisi tersebut dapat membingungkan sistem navigasi sonar paus. Paus pilot diketahui lebih rentan terdampar, sebab tidak dianggap terancam punah, meskipun jumlah populasi pastinya tidak diketahui.
Tapi Winterbottom mengatakan tidak ada rencana untuk memberikan perlindungan bagi paus di daerah itu. Daratan yang luas membuat solusi seperti penghalang air menjadi tidak praktis.
Tahun lalu, tim penyelamat berhasil menyelamatkan 28 paus pilot sirip panjang dari sekitar 50 ekor paus yang terdampar di pantai. Peristiwa paus terdampar yang terburuk terjadi pada Februari 2017, ketika hampir 700 paus terdampar, mengakibatkan 250 kematian.