REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan China agar tidak membantu Rusia menyerang Ukraina. Permintaan itu disampaikan dalam panggilan video dengan Presiden China Xi Jinping pada Jumat (18/3/2022).
Gedung Putih mengatakan panggilan telepon itu berlangsung kurang dari dua jam. "Dia (Biden) menggambarkan implikasi dan konsekuensi jika China memberikan dukungan material kepada Rusia karena melakukan serangan brutal terhadap kota dan warga sipil Ukraina," katanya.
China adalah satu-satunya kekuatan besar yang belum mengutuk serangan Rusia di Ukraina. Washington khawatir Beijing mungkin mempertimbangkan untuk memberikan dukungan keuangan dan militer kepada Rusia, sesuatu yang disangkal oleh kedua negara itu.
"Krisis Ukraina adalah sesuatu yang tidak ingin kami lihat," kata media pemerintah China mengutip pernyataan Xi dalam telepon yang diminta oleh pihak AS.
Media pemerintah China menyatakan, NATO harus mengadakan pembicaraan dengan Rusia untuk menyelesaikan faktor-faktor di balik konflik.
Serangan Rusia kini telah menguasai Mariupol dan diklaim mencapai pusat. Para pejabat memperkirakan 80 persen rumah di kota itu telah rusak dan lebih dari 1.000 orang mungkin masih terperangkap di tempat perlindungan bom darurat di bawah teater yang hancur. Ukraina mengatakan telah menyelamatkan 130 orang dari ruang bawah tanah teater setelah gedung itu diratakan oleh serangan Rusia dua hari lalu. Rusia membantah menyerang teater dan mengatakan tidak menargetkan warga sipil.
CEO stasiun TV Mariupol Nick Osychenko mengatakan, saat dia melarikan diri dari kota bersama enam anggota keluarganya, dia melihat mayat di hampir setiap blok. "Kami berhati-hati dan tidak ingin anak-anak melihat mayat, jadi kami mencoba untuk melindungi mata mereka. Kami gugup sepanjang perjalanan. Itu menakutkan, hanya menakutkan," ujarnya.
Rusia membantah menargetkan warga sipil dan mengulangi tuduhan bahwa Ukraina menggunakan mereka sebagai tameng manusia. Tuduhan itu dengan tegas disangkal oleh pejabat Ukraina.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa dia sangat prihatin dengan situasi di Mariupol. Sementara Istana Kremlin mengatakan pihaknya melakukan segala kemungkinan untuk melindungi warga sipil.
Selain menyerang Mariupol, memasuk pekan keempat invasi, tiga rudal Rusia mendarat di bandara dekat Lviv. Ratusan ribu orang mengungsi ke wilayah itu karena mengira mereka telah menemukan perlindungan jauh dari medan perang Ukraina.
Rusia juga telah secara intensif menembaki kota-kota Ukraina timur, terutama Chernihiv, Sumy, Kharkiv dan Mariupol. Sedangkan Kiev telah terjadi serangan rudal yang mematikan setiap malam dengan pasukan Ukraina telah menghentikan kumpulan pasukan Rusia di luar kota.
Koordinator darurat untuk krisis di Program Pangan Dunia PBB (WFP) Jakob Kern mengatakan, rantai pasokan makanan Ukraina berantakan dengan ketidakamanan dan ketakutan akan serangan. Kondisi itu menghambat pergerakan barang.
WFP membeli hampir setengah dari pasokan gandumnya dari Ukraina untuk memberi makan orang-orang di zona krisis global. Kern mengatakan perang dapat menyebabkan kelaparan tambahan di negara-negara miskin di seluruh dunia.
Tapi desakan menghentikan serangan tidak dipedulikan. Putin berjanji kepada puluhan ribu orang yang mengibarkan bendera Rusia di sebuah stadion sepak bola di Moskow bahwa operasi khusus itu akan berhasil.
“Kami tahu apa yang perlu kami lakukan, bagaimana melakukannya dan berapa biayanya. Dan kami akan benar-benar mencapai semua rencana kami,” kata Putin menambahkan bahwa, ketika dibutuhkan, tentara Rusia akan saling melindungi dari peluru dengan tubuh mereka seperti kakak beradik.
Kiev dan Moskow melaporkan kemajuan dalam pembicaraan minggu ini. Mereka menuju formula politik yang akan menjamin perlindungan keamanan Ukraina di luar aliansi NATO.
Tapi Ukraina mengatakan perlunya gencatan senjata segera dan penarikan pasukan Rusia tetap tidak berubah. Kedua belah pihak pada Jumat (18/3/2022), saling menuduh menunda pembicaraan.