ANKARA -- Turki telah menjadi pusat perhatian diplomasi dunia, dengan menjadi tuan rumah pertemuan menteri luar negeri Rusia dan Ukraina di Forum Diplomasi Antalya, menyelenggarakan Konferensi Mediasi Istanbul, dan menyambut kunjungan para pemimpin berturut-turut dari seluruh dunia.
Pertemuan tripartit tingkat tinggi dengan Rusia dan Ukraina diadakan pada Kamis di sela-sela Forum Diplomasi Antalya (ADF) di selatan Turki untuk mencapai perdamaian abadi.
Hampir 400 wartawan lokal dan asing datang ke kota pinggir pantai itu untuk mengikuti pertemuan tersebut.
Ini adalah pertama kalinya para menteri luar negeri Rusia dan Ukraina bertemu sejak perang dimulai pada 24 Februari, di mana pejabat Turki pada pertemuan itu menekankan perlunya menjaga koridor kemanusiaan tetap terbuka.
Konferensi Mediasi Istanbul ke-8, yang juga digelar di Antalya pada hari yang sama, menyambut lebih dari 200 peserta, termasuk para pemimpin, politisi, diplomat, pakar, akademisi, dan mahasiswa.
Lebih dari 3.000 orang menghadiri forum yang diadakan pada 11-13 Maret dengan tema "Recoding Diplomacy."
Anadolu Agency menjadi mitra komunikasi global acara tersebut, yang menyambut peserta dari 75 negara, termasuk 17 kepala negara, 80 menteri, dan 39 perwakilan organisasi internasional.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato pembukaan dan mengadakan 11 pertemuan bilateral, sementara Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengadakan 67 pertemuan terpisah.
Pertemuan antara Menteri Luar Negeri Armenia Ararat Mirzoyan dan Cavusoglu juga menjadi berita utama, di mana kedua belah pihak membuat pernyataan positif setelahnya.
Pada hari terakhir forum, Erdogan dan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis bertemu di Istanbul.
Mereka membahas upaya untuk menjaga saluran komunikasi dua arah agar tetap terbuka, meningkatkan hubungan bilateral, meningkatkan kerja sama, dan fokus pada agenda positif.
Sejak Rusia melancarkan perangnya di Ukraina, lebih dari 2,8 juta orang telah melarikan diri ke negara lain, menurut perkiraan PBB.
Uni Eropa (UE), Amerika Serikat (AS), dan lainnya telah memberlakukan sanksi terhadap Moskow, banyak perusahaan dan merek global juga menangguhkan operasi di Rusia.