REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peretas amatir diperingatkan untuk tidak bergabung dengan tentara IT Ukraina di tengah kekhawatiran para aktivis dapat melanggar hukum atau meluncurkan serangan yang lepas kendali. Tanggapan siber Ukraina terhadap invasi Rusia telah didukung oleh peretas yang mengorganisasi aplikasi perpesanan Telegram di bawah bendera Angkatan Darat IT Ukraina. Lebih dari 300 ribu orang telah mendaftar ke grup, termasuk anggota dari luar Ukraina.
Para pejabat Barat mengatakan mereka sangat tidak menganjurkan bergabung dengan kelompok itu dan mengambil bagian dalam aktivitas peretasan terhadap Rusia. “Kami tidak akan mendorong kriminalitas dengan cara dan bentuk apa pun. Kami akan sangat menyarankan orang-orang untuk tidak terlibat dalam kegiatan semacam itu,” kata mereka.
Serangan siber Ukraina memiliki keberhasilan khusus dengan serangan penolakan layanan (DDoS) di mana situs web menjadi tidak dapat dijangkau. Situs web pemerintah Rusia termasuk Kremlin dan Duma telah menjadi sasaran serta kantor berita Russia Today (RT) milik pemerintah.
Peretas Anonymous juga mengklaim serangan DDoS. Menurut para ahli, bergabung dengan serangan siber Ukraina dari AS atau Inggris dapat melanggar hukum, seperti Undang-Undang Penipuan dan Penyalahgunaan Komputer di AS dan tindakan penyalahgunaan komputer di Inggris.
Profesor Keamanan Siber Surrey University Alan Woodward mengatakan peretasan dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan dan sangat mudah bagi serangan siber untuk menyebar ke area yang tidak diinginkan. Para pejabat Barat mengatakan pemerintah Ukraina sejauh ini bekerja dengan baik melawan serangan siber selama perang. Ukraina telah menjadi sasaran serangan DDoS dan beberapa serangan malware wiper yang menghancurkan komputer.
Menurut pejabat, pertahanan siber Ukraina yang berhasil telah dibantu oleh pemerintah barat. “Di belakang layar ada upaya besar-besaran pemerintah internasional untuk mendukung sekutu Ukraina kami,” kata seorang pejabat, dilansir The Guardian, Sabtu (19/3/2022).
Mereka menambahkan Inggris dan sekutu barat lainnya di Ukraina belum melihat peningkatan aktivitas siber Rusia yang bermusuhan sejak invasi dimulai bulan lalu. “Kami tidak melihat ancaman yang meningkat terhadap Inggris atau secara umum terhadap sekutu. Wajar mengatakan tingkat aktivitas dunia maya yang kami lihat tidak naik atau turun secara signifikan,” kata seorang pejabat.
Insiden siber paling signifikan yang melibatkan target barat selama konflik melibatkan perusahaan telekomunikasi AS Viasat. Peretas tak dikenal menonaktifkan puluhan ribu modem yang berkomunikasi dengan satelit KA-SAT Viasat Inc yang memasok internet ke beberapa pelanggan di Eropa, termasuk di Ukraina.