Timor Leste melangsungkan pemilihan presiden pada hari Sabtu, 19 Maret 2022. Sebanyak 16 calon presiden telah mendaftarkan diri untuk memperebutkan 859.613 suara dari 13 distrik yang ada di negara berpopulasi 1,3 juta orang itu. Kandidat yang bersaing termasuk petahana Francisco "Lu Olo" Guterres. Sementara empat orang kandidat lainnya adalah perempuan.
Peraih Nobel dan presiden kedua Timor Leste, Jose Ramos-Horta, yang juga turut dalam kontestasi pilpres kelima negara itu mengatakan, dirinya berharap dapat memulihkan stabilitas politik di negara demokrasi termuda Asia itu.
Dalam pertemuan virtual dengan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) pada hari Kamis (17/03), pria berusia 72 tahun ini mengatakan, dia merasa harus menjaga keutuhan konstitusional Timor Leste.
"Apa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir adalah, presiden melewati batas kewenangannya," kata Ramos-Horta, merujuk pada ketegangan politik berkepanjangan yang menghambat upaya mengentaskan kemiskinan, korupsi, dan mengembangkan sumber daya yang kaya energi.
Ketegangan dimulai ketika presiden Guterres keberatan dan menunda selama dua tahun penunjukan beberapa politisi CNRT, partai politik pimpinan Xanana Gusmao, untuk jabatan penting kabinet.
Ramos-Horta unggul dalam survei
Ramos-Horta, Guterres, dan mantan Panglima Tentara Tmor Leste, Lere Anan Timur, adalah tiga nama kandidat teratas dalam pilpres tahun ini, demikian menurut sebuah jajak pendapat Universitas Nasional di Timor Leste.
Survei menunjukkan Ramos-Horta, yang didukung CNRT, memimpin hasil survei dengan tingkat elektabilitas 39%.
Dilansir kantor berita Reuters, Patricio da Silva, salah satu pendukung Presiden Guterres mengatakan, para pendukung Guterres masih memiliki "harapan tinggi" agar pria berusia 67 tahun itu bisa kembali terpilih sebagai presiden periode 2022-2027.
Jika tidak ada satu pun dari 16 kandidat mendapat suara mayoritas lebih dari 50%, putaran kedua pilpres akan digelar di antara dua kandidat teratas pada tanggal 19 April. Pemenang akan mulai memangku jabatan pada taggal 20 Mei, bertepatan dengan peringatan 20 tahun kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia.
Pemilih muda penentu kemenangan?
Peran kelompok pemilih muda di negara berpopulasi 1,3 juta jiwa itu menjadi fokus jalannya pilpres, di mana diperkirakan sekitar 20% dari total pemilih adalah pemilih pemula. Tercatat sekitar 70% dari total penduduk di negara ini berusia kurang dari 30 tahun.
"Masalah besar dalam masyarakat dengan usia rata-rata 18 tahun adalah, presiden harus menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan akses pendidikan," kata Michael Leach, akademisi dari Universitas Swinburne Australia, seraya menambahkan Timor Leste harus lepas dari ketergantungan pendapatan minyak dan gas.
Timor Leste pernah dijajah oleh Portugal di abad ke-18 hingga tahun 1975, sebelum akhirnya dianeksasi oleh Indonesia sebagai provinsi ke-27. Pada tahun 1999, penduduk di sana menggelar referendum kemerdekaan yang diawasi PBB. Kemudian, Timor Leste pun secara resmi diakui sebagai negara oleh PBB pada tahun 2002.
Hampir 20 tahun setelah merdeka, jabatan presiden dan parlemen kerap diisi oleh wajah yang sama. Ramos-Horta, Guterres, dan Xanana Gusmao telah menjabat berbagai macam posisi, kekuasaan, dan terus menjadi tokoh prominen di negara seluas 15.000 kilometer persegi itu.
rap/as (Reuters, AFP)