REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengungkapkan, perekonomian negaranya tidak akan pernah runtuh akibat sanksi. Saat ini Moskow diketahui menghadapi sanksi ekonomi berlapis dari Barat menyusul aksi militernya di Ukraina.
“Kami memiliki semua kemungkinan untuk pengembangan sendiri. Sanksi sebelumnya telah banyak membantu kami, memaksa kami untuk mengembangkan substitusi impor di semua sektor, termasuk di bidang sains, untuk mengembangkan teknologi, produk, dan obat-obatan baru," kata Medvedev lewat saluran Telegram pribadinya pada Sabtu (19/3/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Dia mengungkapkan, saat ini pemerintah Rusia telah mengambil langkah untuk mendukung masyarakat dan perekonomian. Tunjangan sosial, pembiayaan ekstra sektor teknologi tinggi, pertanian, dan perbankan adalah beberapa tindakan yang diterapkan Kremlin. “Tidak akan ada keruntuhan ekonomi,” ujar mantan presiden Rusia tersebut menegaskan.
Ia menjelaskan, Rusia memiliki banyak mitra yang dapat diandalkan, misalnya China dan negara-negara Asia Tenggara serta Afrika. “Ini adalah pasar yang besar dan menjanjikan, yang tidak begitu bertentangan dengan pasar Eropa. Hasil dari kemitraan dan kerja sama ini cukup nyata,” ucapnya.
Awal bulan ini, Amerika Serikat (AS) memberlakukan larangan impor minyak dan gas dari Rusia. Setelah itu, Washington juga melarang komoditas makanan laut, minuman beralkohol, dan berlian Rusia ke pasar mereka. Perusahaan Amerika lainnya seperti McDonald, Starbucks, Coca-Cola, dan Pepsi juga telah menangguhkan bisnisnya di Rusia.
Washington bersama Uni Eropa dan Inggris juga telah mengeluarkan Rusia dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication atau SWIFT. Ia merupakan jaringan keamanan tinggi yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan di seluruh dunia. SWIFT memungkinkan bank untuk memindahkan uang dengan cepat dan aman, mendukung triliunan dolar dalam arus perdagangan serta investasi. Dikeluarkannya Rusia dari SWIFT dianggap sebagai hukuman ekonomi terberat. Karena dengan sanksi itu, Moskow menjadi lebih terisolasi secara ekonomi dibandingkan sebelumnya.
Sejumlah negara sekutu lain juga telah menerapkan larangan ekspor-impor ke dan dari Rusia.