Senin 21 Mar 2022 14:55 WIB

Arab Saudi Kembali Jadi Pemasok Utama Minyak China

Pengiriman Rusia turun 9 persen karena pemotongan kuota impor.

Kilang minyak Aramco. kembali tempatnya sebagai pemasok minyak mentah utama China dalam dua bulan pertama 2022.
Foto: google.com
Kilang minyak Aramco. kembali tempatnya sebagai pemasok minyak mentah utama China dalam dua bulan pertama 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Arab Saudi mendapatkan kembali tempatnya sebagai pemasok minyak mentah utama China dalam dua bulan pertama 2022, setelah dilompati oleh Rusia pada Desember. Sementara, pengiriman Rusia turun 9 persen karena pemotongan kuota impor menyebabkan penyulingan independen mengurangi pembelian.

Kedatangan minyak mentah Saudi mencapai 14,61 juta ton pada Januari-Februari, setara dengan 1,81 juta barel per hari (bph). Jumlah ini turun dari 1,86 juta barel per hari setahun sebelumnya, data dari Administrasi Umum Kepabeanan menunjukkan pada Ahad (20/3/2022).

Baca Juga

Impor dari Rusia mencapai 12,67 juta ton dalam dua bulan atau 1,57 juta barel per hari. Itu dibandingkan dengan 1,72 juta barel per hari pada periode 2021 yang sesuai.

Permintaan minyak mentah ESPO andalan Rusia dari kilang-kilang independen China yang dikenal sebagai "teko", terpukul oleh tindakan keras Beijing terhadap penghindaran pajak dan perdagangan ilegal kuota impor. Pemerintah juga memotong batch pertama dari tunjangan impor minyak mentah 2022 ke "teko", yang bertujuan untuk menghilangkan kapasitas penyulingan yang tidak efisien.

Impor dari Rusia bisa jatuh pada Maret karena pembeli di seluruh dunia menghindari kargonya setelah krisis Ukraina yang semakin intensif. Tetapi Reuters melaporkan bahwa produsen Rusia Surgutneftegaz bekerja dengan China untuk melewati sanksi Barat dan mempertahankan penjualan minyak.

Data bea cukai pada Ahad menunjukkan bahwa 259.937 ton minyak mentah Iran tiba di China pada Januari, sekitar tingkat yang sama seperti pada Desember 2021. Ini merupakan impor pertama yang dicatat oleh data resmi China sejak Desember 2020.

Pengiriman itu dilakukan ketika Teheran dan negara-negara Barat mengadakan pembicaraan tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, menunjuk pada kemungkinan pencabutan sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran. Tidak ada kargo Iran yang dicatat oleh bea cukai China pada Februari. Data resmi China juga menunjukkan tidak ada impor dari Venezuela, yang juga berada di bawah sanksi AS, pada Januari dan Februari.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement