REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG – Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, berencana untuk meninjau ulang pembatasan Covid-19 pada Senin (21/3). Ini dilakukan setelah banyaknya desakan dari lembaga keuangan yang sudah kewalahan dengan kebijakan pembatasan Covid-19 pemerintah.
Kota ini memiliki beberapa aturan Covid-19 yang ketat termasuk larangan penerbangan dari sembilan negara seperti Australia dan Inggris, serta kebijakan karantina hotel selama dua pekan untuk pelancong yang masuk. Kebijakan ini pada akhirnya membuat perekonomian Hong Kong menjadi tak bergairah.
Hong Kong juga telah memberlakukan larangan pertemuan lebih dari dua orang, dan sebagian besar tempat umum ditutup termasuk pantai dan taman bermain. Selain itu, masker juga wajib dipakai dan hingga kini pembelajaran tatap muka masih belum dilaksanakan.
Pada Ahad (20/3/2022), seperti dilansir dari Channel News Asia, pemerintah melaporkan 14.149 kasus baru Covid-19, turun dari 16.597 sehari sebelumnya dan lebih dari 20 ribu pada Jumat.
Dalam beberapa pekan terakhir, jalan-jalan di jantung pusat keuangan Hong Kong sangat sepi, restoran dan bar juga tidak beroperasi. Di sisi lain, banyak juga warga yang menyetok bahan pangan di tengah kekhawatiran lockdown di seluruh kota.
Ditutupnya berbagai lini bisnis di Hong Kong, membuat banyak pekerja kehilangan mata pencaharian. Karenanya, mereka mendesak pemerintah untuk melonggarkan kebijakan Covid-19 supaya bisa mereka bisa bertahan hidup.
Lonjakan kasus Covid-19 di Hong Kong terjadi sejak akhir Januari 2022, yang disebabkan oleh subvarian Omicron BA.2. Subvarian ini diyakini memiliki tingkat transmisi yang lebih tinggi.
Berdasarkan sebuah studi di Denmark, tingkat penularan BA.2 lebih tinggi dibandingkan varian Omicron asli atau BA.1 di lingkungan rumah tangga dan kluster. Replika BA.2 juga lebih cepat dibandingkan BA.1 pada sel epitel manusia sehingga berpotensi lebih menular.
Sumber: channelnewsasia