REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Juru bicara Boris Johnson mengatakan perdana menteri Inggris itu tidak bermaksud menyamakan langsung perang di Ukraina dengan Brexit. Ia juga tidak akan menarik kembali pernyataannya dalam pidato Sabtu (20/3/2022) yang menarik kritikan.
Pada Sabtu lalu Johnson mengatakan seperti rakyat Ukraina sudah menjadi insting orang Inggris memilih kebebasan. Ia menyinggung tentang hasil referendum untuk keluar dari Uni Eropa.
"Tidak ada pembanding langsung antara perang di Ukraina (dan Brexit) itu bukan analogi langsung, ia membuat observasi tentang hasrat rakyat pada kebebasan," kata juru bicara Johnson, Senin (21/3/2022).
Pernyataan Johnson itu memicu kritikan dari anggota parlemen oposisi dan pengamat politik. Dalam konferensi Partai Konservatif yang juga dihadiri Duta Besar Ukraina untuk Inggris itu, Johnson mengatakan seperti rakyat Ukraina, insting orang Inggris selalu memilih kebebasan.
"Saya dapat memberi anda sejumlah contoh terkenal paling baru, ketika rakyat Inggris memilih Brexit, sebagian besar, dalam jumlah banyak, saya tidak percaya karena mereka yang memilih diam-diam tidak menyukai orang asing, itu karena mereka ingin kebebasan melakukan hal dengan cara berbeda dan negara dapat dikelola sendiri," kata Johnson.
Pada Juni 2016 lalu sebanyak 52 persen pemilih mendukung Inggris keluar dari Uni Eropa dan 48 persen menolaknya. Ukraina mengajukan permintaan bergabung pada 28 Februari lalu, empat hari setelah Rusia melancarkan invasi.