REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Elit Rusia tengah mempertimbangkan untuk mencopot Vladimir Putin sebagai presiden Rusia. Hal ini ditinjau berdasarkan laporan dari Badan intelijen Ukraina.
"Upaya penggulingan ini bisa menggunakan metode seperti keracunan, penyakit mendadak dan kecelakaan," kata dugaan Intelijen Pertahanan Ukraina (DIU), seperti dikutip laman New Zealand Herald, Selasa (22/3/2022).
DUI mengatakan, kelompok berpengaruh dari bisnis dan politik negara dapat menempatkan Direktur Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB) Alexander Bortnikov di posisi teratas. Namun pihak berwenang Rusia belum menanggapi klaim tersebut.
"Tujuan mereka adalah untuk menyingkirkan Putin dari kekuasaan sesegera mungkin dan memulihkan hubungan ekonomi dengan Barat, yang hancur akibat perang di Ukraina," tulis DUI di halaman Facebook resminya.
"Sudah diketahui bahwa Bortnikov dan beberapa perwakilan berpengaruh elite Rusia lainnya sedang mempertimbangkan berbagai opsi untuk menyingkirkan Putin dari kekuasaan. Secara khusus, keracunan, penyakit mendadak, atau 'kebetulan' lainnya tidak dikecualikan," tulis DUI menjelaskan.
Intelijen Ukraina juga mengutip kegagalan militer Rusia sebagai alasan potensial untuk mengusir Putin.
Siapa Alexander Bortnikov?
Dianggap sebagai bagian dari lingkaran dalam Putin, Bortnikov telah bekerja sebagai Direktur FSB sejak 2008. Organisasi rahasia yang mengambil alih dari KGB Uni Soviet ketika dibongkar pada awal tahun 90-an mengawasi masalah keamanan nasional, keamanan perbatasan, kontra-terorisme dan kontra intelijen. Baik Putin dan Bortnikov juga bekerja untuk KGB Leningrad sebelum ditutup pada 1991.
Bortnikov juga merupakan anggota kunci dari Siloviki Rusia. Diterjemahkan ke dalam "orang-orang kekuatan" atau "pria kuat", istilah yang diberikan kepada mantan personel militer yang sekarang berada dalam posisi politik. Siloviki terkenal lainnya termasuk Nikolai Patrushev (Sekretaris Dewan Keamanan dan Pendahulu FSB Bortnikov) dan Sergei Naryshkin, Direktur Layanan Intelijen Asing.
Pada 22 Februari 2022, baik Bortnikov dan putranya Denis terkena sanksi oleh AS, UE dan Inggris. Denis dan ayahnya merupakan wakil presiden dari salah satu bank milik negara terbesar Rusia.