Selasa 22 Mar 2022 16:59 WIB

Anak-Anak Pengungsi Ukraina Dapat Bersekolah di Jerman

Kelas berlangsung selama tiga jam, termasuk belajar bahasa Jerman.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Dua orang siswa menggunakan masker yang digambar senada bendera Ukraina di Berlin, Jerman, Senin (21/3/2022). Beberapa anak pengungsi Ukraina mulai bersekolah di sekolah dasar Berlin.
Foto: AP Photo/Markus Schreiber
Dua orang siswa menggunakan masker yang digambar senada bendera Ukraina di Berlin, Jerman, Senin (21/3/2022). Beberapa anak pengungsi Ukraina mulai bersekolah di sekolah dasar Berlin.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pengungsi Ukraina Mariia Kerashchenko menggenggam erat tangan kedua anaknya saat mereka berjalan menuju sebuah gedung di Berlin Jerman. Keluarga itu naik tangga yang dindingnya warna-warni dengan lukisan, dan kemudian menyusuri lorong menuju ruang kelas.

Putra Kerashchenko, Myroslav yang berusia tujuh tahun salah satu dari 40 anak-anak pengungsi Ukraina yang memulai kelas pertama mereka di Jerman pada Senin (21/3/2022). Kelas ini dimulai beberapa pekan keluarga itu bergabung dengan jutaan warga Ukraina mengungsi ke seluruh penjuru Eropa.

Baca Juga

Sementara putrinya Zoriana baru berusia tiga tahun, masih terlalu kecil untuk sekolah yang dibuka dua orang pengungsi Ukraina yang juga melarikan diri dari invasi Rusia. Kelas ini bagian dari inisiatif para sukarelawan untuk mempersiapkan anak-anak Ukraina memasuki sistem sekolah reguler di Berlin.

"Ini membuat saya emosional ketika saya melihat bantuan dan solidaritas di sini," katanya Kerashchenko sambil berlinang air mata.

"Setiap hari saya berharap bisa pulang ke Ukraina, tapi saat ini masih terlalu berbahaya, sementara itu luar biasa rasanya melihat putra saya dapat pergi ke sekolah di Jerman," kata perempuan berusia 30 tahun dari Vinnytsia, Ukraina tengah.  

Kelas yang dibuka Burcak Sevilgen dan Faina Karlitski dimulai dalam dua pekan sejak mereka mulai mengumpulkan dana. Mereka membuka kelas di ruangan bebas biaya sewa dan mengiklankannya di aplikasi kirim pesan Telegram.

Anak-anak dengan gugup menggenggam erat buku ajar, pensil, dan penghapus saat para guru menyambut mereka di lantai tiga bangunan bekas pabrik. Mereka akan mengikuti kurikulum Ukraina dan juga belajar bahasa Jerman.

Sekolah ini dilaksanakan selama tiga jam setiap hari kerja, diselingi aktivitas lain seperti berakting, melukis dan membuat kriya. Natalia Khalil yang berusia 33 tahun dari Rivne, Ukraina barat, mengajar kelas tiga dan empat.

Sementara Tatjana Gubskaya berusia 54 tahun akan mengajar kelas satu dan dua. Gubskaya mengungsi dari Ukraina bersama putri dan cucunya yang berusia tujuh tahun yang juga ikut di kelasnya.  

"Anak-anak sangat senang bisa kembali memiliki rutinitas dan bertemu anak-anak lain dari Ukraina, mereka dan ibu mereka sangat tertekan akhir-akhir ini," kata Gubskaya yang juga mengajar kelas dua sebelum invasi Rusia pada 24 Februari lalu.

Para guru akan dibayar 500 euro per bulan melalui sumbangan. Sampai akhirnya mereka mendapat izin dan resmi dipekerjakan.

Sevilgen, 36 tahun satu dari dua orang yang membuka kelas anak pengungsi ini. Ia merupakan seorang guru di Berlin. Ia dan Karlitski yang bekerja sebagai konsultan, berusaha mencari apa yang dapat mereka lakukan agar anak-anak pengungsi dapat kembali bersekolah.

"Kami berdua selalu memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial dan juga ingin membantu di sini," kata Sevilgen saat menjelaskan mengapa ia menghabiskan waktu senggangnya untuk membantu para pengungsi.

Sevilgen dan Karlitski mulai mengumpulkan dana dan sponsor dari program bantuan anak-anak Berlin yang bernama Arche untuk membuka kelas. Mereka mendapat tawaran dari mesin pencari Ecosia untuk menggunakan ruangan bebas biaya di Wedding dan segera menghubungi pengungsi Ukraina melalui Telegram.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement