REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) kembali mencatat kenaikan kasus Covid-19 dalam data harian Rabu (23/3/2022). Para ahli memperkirakan lonjakan kasus mencapai puncaknya pada pekan ini.
"Sejumlah 490.881 infeksi COVID-19 baru pada tengah malam, meningkatkan total beban kasus menjadi 10.427.247," kata Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) seperti dikutip laman Yonhap News Agencies, Rabu.
Penghitungan kasus Rabu adalah yang tertinggi kedua, setelah 621.205 kasus baru dilaporkan Kamis pekan lalu. Total beban kasus mencapai tonggak sejarahnya di atas 10 juta, yang berarti 1 dari 5 warga Korsel telah terinfeksi COVID-19.
Sementara KDCA mencatat 291 kematian terkait COVID-19 pada Rabu yang menjadikan total kematian menjadi 13.432. Tingkat kematian mencapai 0,13 persen.
Jumlah pasien yang sakit kritis mencapai 1.084, turun 20 dari hari sebelumnya. Penghitungan harian kasus kritis tetap lebih dari 1.000 selama 16 hari berturut-turut.
Meskipun perkiraan sebelumnya bahwa pandemi saat ini dapat mencapai puncaknya pekan ini, otoritas kesehatan mengutip kemungkinan wabah saat ini berlanjut karena penyebaran cepat dari apa yang disebut omicron siluman. Omicron baru itu memiliki tingkat transmisi 30 persen lebih tinggi daripada omicron asli.
Otoritas kesehatan juga memperingatkan terhadap prediksi bahwa infeksi COVID-19 dapat mencapai puncaknya ketika 20 persen populasi negara itu terinfeksi. Tingkat hunian tempat tidur rumah sakit untuk pasien COVID-19 yang sakit parah di Korsel mencapai 64,4 persen pada Rabu, turun 3,4 poin persentase dari hari sebelumnya.
Angka tersebut masih dapat diatur dalam kapasitas respons medis negara tersebut. "Jumlah orang yang menerima perawatan di rumah mencapai 1.827.031 pada Rabu," kata KDCA.
Dari kasus domestik, Seoul melaporkan 101.133 infeksi baru. Provinsi Gyeonggi di sekitarnya mencatat 136.912. Kota pelabuhan barat Incheon melaporkan 24.941.
Hingga Senin tengah malam, 32,45 juta orang dari 52 juta penduduk, atau 63,2 persen, telah menerima suntikan booster. Orang yang divaksinasi lengkap mencapai 44,46 juta, mewakili 86,6 persen.