REPUBLIKA.CO.ID, COLOMBO -- Sri Lanka menempatkan tentara di ratusan pom bensin yang dikelola negara pada Selasa (22/3/2022) waktu setempat. Hal ini dilakukan guna membantu pendistribusian bahan bakar seusai kenaikan mendadak harga komoditas utama dan kelangkaan yang menyertainya.
Puluhan ribu orang mengantre selama berjam-jam untuk mendapatkan minyak dan bahan pokok lainnya. Negara Samudra Hindia itu tengah berjuang melawan krisis valuta asing yang memaksa devaluasi mata uang. Itu juga memukul pembayaran untuk impor penting seperti makanan, obat-obatan dan bahan bakar sehingga Vietnam meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF).
"Pemerintah harus memberikan solusi," kata salah satu warga Vietnam, Seetha Gunasekera (36 tahun) yang tinggal bersama suami dan dua anaknya di ibu kota Kolombo, dikutip laman CNN International, Rabu.
"Terlalu banyak kesulitan dan penderitaan. Harga segala sesuatu telah meningkat dan kami hampir tidak dapat mengelola dengan apa yang kami peroleh setiap hari," ujarnya menambahkan.
Keputusan untuk mengerahkan tentara di pompa bensin dan titik pasokan minyak tanah muncul setelah tiga orang lanjut usia tewas dalam antrean panjang. Juru bicara pemerintah Ramesh Pathirana mengatakan, pengerahan pasukan adalah tanggapan atas keluhan penimbunan dan distribusi yang tidak efisien.
"Militer telah dikerahkan untuk membantu masyarakat, bukan untuk membatasi hak asasi mereka," katanya.
Pemerintah menempatkan dua tentara di setiap pompa bensin. Juru bicara militer Nilantha Premaratne mengatakan setidaknya dua personel tentara akan ditempatkan di setiap pompa bahan bakar untuk membantu mengatur distribusi bahan bakar, namun tentara tidak akan terlibat dalam pengendalian massa.
Ketegangan atas kelangkaan pasokan telah menyulut kekerasan sporadis di antara mereka yang berebut untuk membeli bahan bakar dan barang-barang penting lainnya. Polisi mengatakan seorang pria ditikam sampai mati pada Senin (21/3/2022) dalam pertengkaran dengan pengemudi kendaraan roda tiga, sementara minggu lalu tiga pria tua meninggal karena mengantre bahan bakar di panas terik.
Pengeluaran cepat dolar Sri Lanka telah membuatnya berjuang untuk membayar impor penting karena cadangan mata uang merosot 70 persen dalam dua tahun terakhir menjadi 2,31 miliar dolar AS. Kendati demikian, Sri Lanka harus membayar utang sekitar 4 miliar dolar AS di sisa tahun ini, termasuk obligasi negara internasional senilai 1 miliar dolar AS yang jatuh tempo pada Juli. Menjelang pembicaraan IMF di Washington pada April, pemerintah Vietnam mengatakan akan menyewa firma hukum global untuk memberikan bantuan teknis pada restrukturisasi utang untuk memerangi krisis.