REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memberikan pidato kejutan secara virtual di konferensi internasional Forum Doha pada Sabtu (26/3/2022). Dia menyerukan lebih banyak upaya untuk mengakhiri agresi Rusia di Ukraina, terutama menjelang Ramadhan.
"Rusia sengaja membual bahwa mereka dapat menghancurkan dengan senjata nuklir, tidak hanya negara tertentu tetapi seluruh planet. Kami harus memastikan bulan suci Ramadhan ini tidak dibayangi oleh kesengsaraan orang-orang di Ukraina,” ujar Zelenskyy, dilansir Anadolu Agency, Ahad (27/3).
Dalam pidatonya, Zelenakyy meminta negara-negara penghasil energi untuk meningkatkan produksi. Dengan demikian Rusia tidak dapat menggunakan kekayaan minyak dan gasnya untuk "memeras" negara lain.
“Masa depan Eropa tergantung pada upaya Anda. Saya meminta Anda untuk meningkatkan output energi Anda untuk memastikan bahwa setiap orang di Rusia memahami bahwa, tidak ada negara yang dapat menggunakan energi sebagai senjata untuk memeras dunia," kata Zelenskyy.
Zelenskyy juga memperingatkan bahwa, tidak ada negara yang kebal dari goncangan dampak perang Rusia di Ukraina. Zelenskyy mengatakan, perang telah menimbulkan kenaikan harga pangan yang disebabkan oleh gangguan pasokan gandum.
"Mereka menghancurkan pelabuhan kami. Tidak adanya ekspor dari Ukraina akan memberikan pukulan bagi negara-negara di seluruh dunia," ujar Zelenskyy.
Rusia adalah pengekspor gandum terbesar di dunia. Sementara Ukraina adalah pengekspor gandum terbesar kelima. Rusia dan Ukraina menyediakan 19 persen pasokan barley dunia, 14 persen gandum, dan 4 persen jagung, yang merupakan lebih dari sepertiga ekspor sereal global.
Edisi ke-20 Forum Doha dimulai di ibukota Qatar pada Sabtu. Forum yang berlangsung selama dua hari ini dihadiri oleh pembicara terkemuka, termasuk pembuat kebijakan, perwakilan organisasi internasional, pemimpin bisnis, aktivis dan akademisi.
Berbicara pada sesi pembukaan, Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengatakan, perang Rusia di Ukraina telah menunjukkan bahwa formula yang menjadi dasar tatanan internasional setelah Perang Dunia II sedang berubah.
Rusia memulai operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari. Hal itu telah disambut dengan kemarahan internasional. Barat telah menerapkan sanksi keuangan yang keras terhadap Moskow.