Senin 28 Mar 2022 00:25 WIB

Netralitas Hungaria dalam Konflik Rusia-Ukraina Tuai Kritik

Netralitas Hungaria ini dikritik oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban, tengah, menghadiri KTT virtual para pemimpin NATO di markas besar NATO di Brussels, Jumat, 25 Februari 2022.
Foto: AP/Olivier Matthys
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban, tengah, menghadiri KTT virtual para pemimpin NATO di markas besar NATO di Brussels, Jumat, 25 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST -- Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban telah berusaha untuk menegaskan netralitas Hongaria dalam konflik Rusia-Ukraina, ketika sekutunya di Uni Eropa dan NATO memihak pada Ukraina. Netralitas Hungaria ini dikritik oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Dalam pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa pada Jumat (25/3/2022), Presiden Zelenskyy membuat seruan langsung ​​kepada Orban untuk mengambil sikap yang lebih jelas tentang operasi militer khusus Rusia di Ukraina. Zelenskyy juga meminta Orban untuk mendukung Ukraina.

"Anda harus memutuskan sendiri dengan siapa Anda berpihak. Anda ragu untuk menjatuhkan sanksi atau tidak? Anda ragu apakah akan membiarkan senjata lewat atau tidak? Dan Anda ragu apakah akan berdagang dengan Rusia atau tidak? Sudah waktunya untuk memutuskan. Kami percaya pada Anda, kami membutuhkan dukungan Anda," kata Zelenskyy.

Zelenskyy mengingatkan bahwa, ibu kota Hungaria, Budapest, pernah mengalami  perang pada abad ke-20. Zelenskyy merujuk pada tugu peringatan sepatu perunggu di sungai Danube. Tugu tersebut memberikan penghormatan kepada orang-orang Yahudi Hungaria, yang dieksekusi oleh fasis Jerman dan Hungaria dalam Perang Dunia II.

"Dengar, Viktor, apa kau tahu apa yang terjadi di Mariupol? Tolong, jika Anda bisa, pergi ke tepi laut. Lihat sepatu itu.  Dan Anda akan melihat bagaimana pembunuhan massal bisa terjadi lagi di dunia sekarang ini. Itulah yang dilakukan Rusia hari ini," ujar Zelenskyy.

Baca juga : Netralitas Hungaria dalam Konflik Rusia-Ukraina Tuai Kritik

Hungaria secara luas dipandang sebagai sekutu terdekat Rusia. Presiden Orban, telah menolak untuk memasok Ukraina dengan bantuan militer. Dia juga tidak mengizinkan senjata mematikan yang dikirim ke Ukraina melintasi perbatasan Hungaria.

Orban berargumen bahwa, memberikan bantuan militer ke Ukraina akan menarik Hungaria ke dalam perang. Orban telah menggambarkan dirinya sebagai pembela perdamaian dan keamanan. Rusia merupakan negara pemasok energi yang penting bagi Hungaria.

“Jawaban atas pertanyaan di pihak mana Hungaria berada adalah Hungaria berada di pihak Hungaria,” ujar Orban pada Sabtu (26/3/2022) di media sosial.

Orban akan bertarung dalam pemilihan umum Hungaria pada 3 April mendatang. Sikap Orban terkait perang Rusia-Ukraina telah mendapatkan daya tarik di antara banyak pendukungnya. Sikap Orban yang enggan mendukung Ukraina, dan tetap mempertahankan kepentingan kerja sama ekonomi dengan Rusia telah memicu kemarahan di antara para pemimpin Eropa lainnya.

Baca juga : Eropa Hendak Embargo Minyak dan Gas Rusia, Yakin?

Orban mengatakan, seruan Zelenskyy dalam pidato virtual di pertemuan puncak pemimpin Uni Eropa, bertentangan dengan kepentingan Hongaria. Orban mengklaim bahwa, sanksi terhadap energi Rusia akan memperlambat bahkan menghentikan ekonomi Hungaria. Orban menegaskan, 85 persen gas Hungaria dan lebih dari 60 persen pasokan minyaknya berasal dari Rusia.

"Memblokir ekspor energi Rusia akan memaksa Hongaria untuk membayar harga perang,” kata Orban,.

Orban berusaha untuk melindungi kontrak gas dan nuklir jangka panjang dengan Rusia. Sikapnya ini telah mengancam hubungan Hungaria dengan sekutu regional terdekatnya di aliansi Visegrad Four atau negara-negara Eropa tengah, yang terdiri dari Polandia, Republik Ceko, Slovakia dan Hungaria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement