REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan, dunia Arab memahami bagaimana negaranya berpihak pada perdamaian dan kerja sama di kawasan tersebut.
Hal itu disampaikan pada sesi pembukaan rapat kabinet mingguannya menjelang perhelatan KTT Negev yang turut mengundang Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Maroko, dan Amerika Serikat (AS), Ahad (27/3/2022).
“Ini adalah hari yang sangat meriah. Kami menjadi tuan rumah KTT Negev di Israel. Dunia Arab semakin memahami bahwa Israel selalu berada di pihak perdamaian dan kerja sama," kata Bennett, dikutip laman Middle East Monitor.
Terkait delegasi negara yang berpartisipasi dalam KTT Negev, Bennett mengatakan, dia hendak menyambut mereka semua. “Selamat datang di Israel! Kami sangat senang dan tergerak untuk menyambut Anda di sini; pintu kami selalu terbuka,” ucapnya.
KTT Negev diperkirakan akan berlangsung selama dua hari, yakni 27-28 Maret. Salah satu fokus isu dalam pertemuan itu adalah tentang ancaman Iran. Pada Januari lalu, Presiden Israel Isaac Herzog menyampaikan harapannya bahwa akan semakin banyak negara yang melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel. Hal itu disampaikan di sela-sela kunungan resmi perdananya ke Uni Emirat Arab.
“Saya berharap dan saya percaya bahwa semakin banyak negara akan segera mengikuti jejak UEA dan bergabung dalam Abraham Accords,” kata Herzog saat menghadiri Dubai’s Expo 2020 pada 31 Januari lalu.
Abraham Accords yang disinggung Herzog dalam pernyataannya adalah kesepakatan perdamaian yang dicapai Israel dengan UEA dan Bahrain pada September 2020. Sudan dan Maroko pun sudah masuk dalam kesepakatan tersebut.
Sepekan sebelum pernyataan Herzog, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mengungkapkan, saat ini negaranya tengah membidik normalisasi hubungan dengan Arab Saudi dan Indonesia.
Kendati demikian, dia tak memungkiri, untuk mewujudkan hal itu diperlukan waktu yang tak singkat. “Jika Anda bertanya kepada saya negara-negara penting mana yang sedang kita lihat, Indonesia adalah salah satunya, Arab Saudi tentu saja. Tapi hal-hal ini membutuhkan waktu,” ucapnya saat berbicara di Army Radio Israel pada 25 Januari lalu.
Dia menyebut, ada negara-negara kecil yang bisa melakukan normalisasi hubungan dengan Israel dalam dua tahun mendatang. Namun Lapid tak mengungkap nama negara-negara tersebut.