REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Militer Turki telah menonaktifkan sebuah ranjau bawah laut yang hanyut dari Laut Hitam. Sebelumnya Rusia memperingatkan bahwa, beberapa ranjau telah hanyut dari pelabuhan Ukraina.
Pada Sabtu (26/3/2022), Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan, ranjau pertama kali ditemukan oleh nelayan di Selat Bosphorus. Itu merupakan jenis ranjau lama. Akar telah menghubungi pihak berwenang Rusia dan Ukraina tentang ranjau tersebut. Proses menonaktifkan ranjau itu menimbulkan ledakan yang cukup keras. Ledakan itu terdengar di utara Istanbul.
“Ranjau itu adalah jenis lama, dan telah dinetralisir oleh tim kami, dan pasukan angkatan laut melanjutkan pekerjaan mereka,” kata Akar, dilansir Aljazirah, Senin (28/3/2022).
Baca juga : Zelensky: Ukraina Siap untuk Status Negara Bebas Nuklir
Lalu lintas maritim di Selat Bospharus sempat ditutup untuk sementara, ketika militer sedang menonaktifkan ranjau. Selat tersebut telah dibuka kembali setelah dipastikan aman, dan berkoordinasi dengan penjaga pantai serta pasukan angkatan laut Turki.
Sebelumnya pada Sabtu, penjaga pantai mengatakan, lalu lintas kapal dua arah telah dihentikan setelah sebuah kapal komersial sipil mendeteksi objek seperti ranjau. Penjaga pantai telah memperingatkan kapal untuk menjauh dari benda bundar yang terombang-ambing di ombak. Tim penyelam kemudian bergerak untuk menyelidiki.
Turki memiliki perbatasan di Laut Hitam dengan Rusia dan Ukraina. Badan intelijen utama Rusia mengatakan, beberapa ranjau hanyut ke laut setelah putus dari kabel di dekat pelabuhan Ukraina. Klaim ini dibantah oleh Ukraina, yang menyebutnya sebagai disinformasi dan upaya untuk menutup bagian laut.
Laut Hitam adalah lalu lintas pengiriman utama untuk biji-bijian dan produk minyak. Laut Hitam terhubung ke Marmara dan kemudian laut Mediterania melalui Bosphorus, yang mengalir melalui jantung Istanbul, dan Selat Dardanelles di barat laut Turki.
Baca juga : Harga Minyak Anjlok di Tengah Kekhawatiran Permintaan China Lebih Lemah