Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken bergabung pada hari Minggu (27/03) dengan para menteri luar negeri Israel dan sekutu Arabnya dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) selama dua hari yang diadakan oleh pemerintah Israel di tengah kemungkinan adanya terobosan baru menghidupkan kembali kesepakatan nuklir internasional dengan Iran.
Apa yang kita ketahui terkait KTT tersebut?
Pembicaraan enam negara di Sde Boker, sebuah pemukiman di Gurun Negev, dinyatakan sebagai pertemuan bersejarah oleh Israel setelah pembicaraan itu menormalkan hubungan diplomatik dengan Bahrain dan Uni Emirat Arab. Perang di Ukraina dan hubungan Israel-Palestina juga masuk dalam agenda pembahasan.
Selain Blinken dan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid, perwakilan dari Bahrain, Maroko, Uni Emirat Arab, dan Mesir juga akan menghadiri pertemuan tersebut. Keempat negara Arab itu dianggap sebagai negara Muslim Sunni moderat yang memiliki kekhawatiran mendalam terkait Syiah Iran yang memiliki lebih banyak kekuatan di Timur Tengah.
Blinken diyakini akan mencoba menghilangkan ketakutan atas kemungkinan pembaruan kesepakatan nuklir Iran, yang ditentang keras oleh Israel.
Kesepakatan nuklir yang ditandatangani pada 2015 tersebut dikenal secara resmi sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), yang mengatur pembatasan program nuklir Iran dengan imbalan miliaran dolar dalam bentuk keringanan hukuman. Hal itu terungkap pada 2018, saat itu AS yang berada di bawah kepemimpinan Donald Trump.
AS di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden telah berupaya untuk memulihkan kesepakatan itu dan Blinken pada Minggu (27/03) mengatakan bahwa itu adalah "cara terbaik untuk mengembalikan program Iran ke dalam kotaknya.”
Kekhawatiran atas kesepakatan baru dengan Iran
Para penentang kesepakatan nuklir mengatakan pengurangan sanksi hanya akan memperkaya Teheran, sambil memberi waktu kepada negara tersebut untuk mengembangkan senjata nuklir mereka secara diam-diam.
"Ketika sampai pada elemen yang paling penting, kami melihatnya dari mata ke mata,” kata Blinken dalam konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid, di Yerusalem. "Kami berdua berkomitmen dan bertekad bahwa Iran tidak akan pernah memperoleh senjata nuklir.”
Lapid mengatakan meskipun Israel dan AS akan terus bekerja sama untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, Israel tidak akan ragu untuk mengambil tindakan sepihak terhadap Teheran.
"Dari sudut pandang kami, ancaman Iran tidak teoretis. Iran ingin menghancurkan Israel. Mereka tidak akan berhasil, kami tidak akan membiarkan mereka," kata Lapid.
Bagaimana status kesepakatan Iran?
Masih belum jelas apakah kesepakatan ini akan diperpanjang. Pembicaraan di Wina terhenti pada awal Maret 2022, diperumit oleh perang Rusia di Ukraina, dan Moskow menuntut agar perdagangannya dengan Teheran dibebaskan dari sanksi Barat dalam paket kesepakatan baru.
Teheran juga menuntut AS mencabut sebutan teroris pada Korps Pengawal Revolusi Islam –Revolutionary Guard Corps (IRGC). Namun, muncul tanda-tanda pada pekan ini bahwa Rusia dan Iran akan lebih fleksibel untuk tuntutan ini.
Berbicara di Forum Doha di Qatar pada Minggu (27/03), Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Joseph Borell mengatakan kesepakatan dengan Iran dapat diperbarui "dalam beberapa hari.
Akan tetapi, pada acara yang sama, Utusan Khusus AS untuk Iran Robert Malley mengatakan, Minggu (27/03), bahwa dia tidak yakin kesepakatan akan tercapai dalam waktu dekat.
"Dalam negosiasi apa pun, ketika ada masalah yang tetap terbuka begitu lama, itu memberitahu Anda sesuatu tentang betapa sulitnya menjembatani kesenjangan itu," katanya.
yas/ha (AP, AFP, dpa, Reuters)