REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Delegasi Rusia dan Ukraina diagendakan melanjutkan pembicaraan damai di Istanbul, Turki, pada Selasa (29/4/2022). Sebelumnya menteri luar negeri kedua negara sempat bertemu di sela-sela forum diplomatik di Antalya yang digelar awal bulan ini.
“Pembicaraan antara delegasi (Rusia-Ukraina) akan dimulai pada pukul 10:30 (Selasa). Mereka akan diadakan di kantor kepresidenan Dolmabahce. Pertemuan akan diadakan secara tertutup,” kata kantor kepresidenan Turki pada Senin (28/3/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Turki diketahui merupakan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Kendati demikian, mereka menjadi salah satu negara yang aktif melakukan mediasi antara Rusia dan Ukraina.
Putaran pertama pembicaraan antara delegasi Rusia dan Ukraina digelar di wilayah Gomel, Belarusia, pada 28 Februari lalu. Pembicaraan tersebut berlangsung selama lima jam. Kala itu, Moskow dan Kiev tak berhasil menyepakati gencatan senjata.
Delegasi kedua negara menggelar pembicaraan lanjutan di Belovezhskaya Pushcha, Belarusia, pada 3 Maret lalu. Hingga pembicaraan putaran ketiga yang gelar di Brest, Belarusia, pada 7 Maret lalu, Rusia dan Ukraina belum berhasil menyepakati gencatan senjata. Setelah negosiasi tiga putaran, pembicaraan selanjutnya digelar secara daring atau virtual.
Pada 10 Maret lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov bertemu Menlu Ukraina Dmitry Kuleba di forum diplomatik Antalya di Turki. Itu merupakan pertemuan perdana kedua menlu sejak Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Sebelum bertemu Lavrov di Antalya, Kuleba telah meredam ekspektasi tentang keberhasilan menyepakati kesepakatan gencatan senjata. Menurut Kuleba, prospek tersebut "terbatas" karena Moskow masih terus melakukan serangan dan pemboman ke Ukraina.
Pemerintah Rusia sebenarnya telah menyatakan siap melakukan pembicaraan dengan Ukraina. Namun mereka menghendaki semua tuntutannya, termasuk soal Ukraina mengambil posisi netral dan membatalkan aspirasinya bergabung dengan NATO, dipenuhi. Jika Kiev setuju memenuhi tuntutan tersebut, Moskow akan menghentikan agresinya.