REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebagian besar perhatian internasional saat ini terfokus pada invasi Rusia ke Ukraina. Namun, pejabat di Organisasi Dana Moneter Internasional, IMF menyebut perang itu berdampak besar pada kondisi di Timur Tengah.
Pada satu sisi, Barat, yang dipimpin Amerika Serikat, berusaha menekan anggota OPEC+Teluk untuk meningkatkan produksi minyak. Namun di sisi lain, beberapa negara di kawasan ini berisiko mengalami kelangkaan pangan.
“Timur Tengah adalah salah satu [wilayah] paling rentan di dunia karena ketergantungannya pada komoditas,” kata seorang pejabat senior IMF dilansir dari Al Arabiya, Senin (28/3).
Berbicara dengan para wartawan di Washington, pejabat itu mengatakan wilayah itu dikenal dengan tingkat konsumsi yang tinggi.
Lebanon, misalnya, hanya memiliki pasokan gandum yang cukup untuk satu atau satu setengah bulan, kata menteri ekonomi negara itu pada awal bulan.
Dan Menteri Ekonomi dan Perdagangan Lebanon, Amin Salam, memperingatkan konsumsi yang lebih besar dari minyak, gula dan impor lainnya meningkat selama bulan Ramadhan mendatang.
Banyak negara lain di wilayah MENA bergantung pada Ukraina dan Rusia untuk gandum. Pemerintah Mesir, misalnya, mengatakan perlu meningkatkan subsidi untuk barang-barang seperti roti.
Sementara pejabat IMF mengatakan negara-negara pengekspor minyak berjalan "sangat baik", dia menyebutkan inflasi sebagai faktor yang tidak akan menyelamatkan negara mana pun di kawasan itu. “Ini semua adalah efek putaran kedua [inflasi] dari masalah yang dihadapi,” kata pejabat itu, merujuk pada perang di Ukraina.
Baca juga: Tentara Israel Paksa Diplomat Muslim Taiwan Baca Alquran
Pasokan minyak
Menyusul keputusan Amerika Serikat untuk melarang impor minyak Rusia dan sebagian besar Eropa mengikutinya, Moskow terus melihat minyaknya dipompa ke Eropa dan bahkan Amerika Serikat melalui negara ketiga. Namun, keputusan itu memiliki konsekuensi, dengan harga minyak domestik yang meroket.
Menurut pejabat senior IMF, peningkatan produksi dari negara-negara penghasil minyak bukanlah masalah. "Belum ada kejutan pasokan untuk kenaikan harga seperti yang mereka miliki; ini adalah masalah geopolitik," ungkapnya.
Pejabat itu dengan cepat mencatat bahwa ada kebutuhan masyarakat untuk membedakan antara minyak dan gas. Dampak larangan minyak Rusia tidak sebahaya keputusan untuk mencegah gas apa pun dari Moskow.