REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Negara anggota G7 menolak permintaan Rusia tentang pembelian gas dan minyak asal negara tersebut dengan menggunakan mata uang rubel. Moskow dinilai telah melanggar kesepakatan kontrak.
“Ini tidak dapat diterima dan kami meminta perusahaan terkait untuk tidak memenuhi permintaan Presiden Rusia (Vladimir) Putin. Semua menteri telah sepenuhnya setuju bahwa ini adalah langkah sepihak dan jelas melanggar kontrak yang ada,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Robert Habeck kepada awak media di Berlin, Senin (28/3/2022).
Penolakan tersebut disampaikan Habeck setelah Jerman menjadi tuan rumah pertemuan konferensi G7 yang digelar virtual. Jerman diketahui mengimpor 55 persen pasokan gas alamnya dari Rusia sebelum negara tersebut menyerang Ukraina. Kanselir Jerman Olaf Scholz telah mengatakan, saat ini pemerintahannya berupaya untuk segera mengakhiri ketergantungan negara tersebut pada minyak, gas, dan batu bara Rusia.
Pekan lalu, Putin mengumumkan bahwa Rusia hanya akan menerima mata uang rubel untuk pembayaran gas dari "negara-negara tidak bersahabat", termasuk semua anggota Uni Eropa. Langkah itu diambil setelah Moskow menerima banyak sanksi atas invasi ke Ukraina.
"Saya telah memutuskan untuk mengimplementasikan serangkaian kebijakan pada pembayaran pasokan gas kami ke negara-negara tak bersahabat ke rubel Rusia," kata Putin dalam rapat pemerintah yang disiarkan televisi pada Rabu (23/3).
Putin memerintahkan agar perubahan itu segera diimplementasikan dalam waktu satu pekan. Dia mengatakan, Rusia akan berhenti menerima pembayaran dengan mata uang lain yang selama ini telah "dikompromikan."
"Rusia akan terus memasok gas dalam volume yang telah ditetapkan dalam kontrak sebelumnya," ujarnya.