REPUBLIKA.CO.ID., WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Selasa (29/3/2022) mengatakan pihaknya mengambil sikap menunggu dan mengamati setelah Rusia mengumumkan akan mengurangi serangannya di dua kota Ukraina.
"Kita lihat saja. Saya tidak membaca apa pun sampai saya melihat apa tindakan mereka. Kami akan melihat apakah mereka melakukan apa yang mereka tawarkan," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih bersama Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Biden mengatakan AS dan sekutunya akan terus menegakkan sanksi besar-besaran yang telah mereka jatuhkan pada Rusia atas perangnya terhadap Ukraina dan akan mempertahankan bantuan militer berkelanjutan untuk memperkuat militer Ukraina.
Sebelumnya, Rusia pada Selasa mengatakan akan secara signifikan mengurangi kegiatan militernya di Kiev dan Chernihiv untuk meningkatkan kepercayaan untuk negosiasi selanjutnya.
Wakil menteri pertahanan Rusia mengatakan setelah diadakan pembicaraan damai di Istanbul bahwa Moskow akan "secara radikal mengurangi" serangan militernya di kota-kota Ukraina untuk menciptakan "kondisi perundingan lebih lanjut, dan mencapai tujuan akhir untuk menyetujui dan menandatangani perjanjian damai."
Pengumuman dari Rusia itu tidak memenuhi gencatan senjata kemanusiaan secara nasional yang diserukan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Senin. Tetapi Vladimir Medinsky, kepala delegasi Rusia untuk perundingan di Istanbul, mengatakan pertemuan antara presiden Ukraina dan Rusia dapat diadakan ketika rancangan perjanjian damai siap dan disetujui.
Perang Rusia melawan Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah mendapat kemarahan internasional, di mana Uni Eropa, AS, dan Inggris menerapkan hukuman ekonomi yang ketat di Moskow.
Ratusan perusahaan global juga telah menangguhkan operasi di Rusia. Setidaknya 1.179 warga sipil telah tewas di Ukraina dan 1.860 terluka, menurut perkiraan oleh PBB, yang mencatat bahwa angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.
Lebih dari 3,9 juta orang Ukraina juga telah melarikan diri ke beberapa negara Eropa, dan jutaan lainnya mengungsi di dalam negeri, menurut badan pengungsi PBB.