REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti di Pusat Penelitian Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dewi Fortuna Anwar mengatakan, keberagaman menjadi tantangan besar untuk mewujudkan sentralitas ASEAN. Selain itu, Dewi menuturkan krisis domestik yang ada pada negara-negara anggota tertentu juga sangat mungkin mengurangi kemampuannya untuk fokus pada isu-isu regional.
"Keragaman negara-negara anggota ASEAN yang memiliki sistem politik, pandangan strategis, dan tingkat perkembangan ekonomi yang berbeda merupakan tantangan besar bagi kekompakan dan solidaritas ASEAN," kata Dewi dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (30/3/2022).
Dewi mengatakan selama ini ASEAN telah memainkan peran sentral dalam mempromosikan kerja sama regional. ASEAN adalah penyelenggara utama dari berbagai forum regional yang telah berkontribusi untuk meningkatkan pemahaman, perdamaian dan stabilitas di Kawasan Indo-Pasifik.
Sementara, di sisi eksternal, Dewi menuturkan dominasi ekonomi China yang meningkat dan kebijakan luar negeri yang tegas telah menantang otonomi strategis ASEAN.Menurut dia, beberapa negara anggota ASEAN telah menjadi tergantung secara ekonomi pada China, yang membuat mereka lebih rentan terhadap tekanan untuk tidak bertindak melawan kepentingan China, khususnya pada masalah Laut China Selatan.Di sisi lain, Dewi menuturkan Jepang telah memainkan peran penting dalam mendukung negara-negara ASEAN dan institusi ASEAN."Pada awal perkembangan ASEAN, Jepang memegang peran sebagai pendukung ekonomi utama ASEAN sedangkan Amerika Serikat sebagai penjamin keamanan," tuturnya.