Senin 04 Apr 2022 06:05 WIB

Kampanye Macron Terlambat dan tak Ada Sihirnya?

Macron tengah berjuang menarik suara dan menguatkan kembali kampanyenya yang lesu.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Presiden Prancis Emmanuel Macron tengah berjuang menarik suara dan menguatkan kembali kampanyenya yang lesu.
Foto: AP Photo/Thibault Camus
Presiden Prancis Emmanuel Macron tengah berjuang menarik suara dan menguatkan kembali kampanyenya yang lesu.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan bahaya pemilihan umum gaya Brexit dalam satu-satunya kampanyenya sebelum putaran pertama pemilihan presiden. Macron tengah berjuang menarik suara dan menguatkan kembali kampanyenya yang lesu.

Satu pekan sebelum pemilihan dimulai pada 10 April mendatang Macron dalam posisi bertahan sementara oposisi dari ekstrem kanan Marine Le Pen mulai menanjak dalam jajak pendapat. Dua kandidat terkuat itu diprediksi akan berhadapan pada pemilihan yang menentukan pemenang pada 24 April.

Baca Juga

"Lihat apa yang terjadi dengan Brexit dan banyak pemilihan lainnya: lihat apa yang mungkin dapat terjadi, tidak ada yang tidak mungkin," kata Macron di depan pendukungnya yang mengibarkan bendera, Sabtu (2/4/2022).

"Bahaya ekstrimisme mencapai ketinggian yang baru karena beberapa tahun dan bulan terakhir, kebencian, alternatif kebenaran, telah dinormalisasi, kami telah terbiasa melihat anti-semit di televisi dan penulis rasis," tambahnya.

Walaupun diprediksi akan kembali menjabat di periode kedua tapi Macron kehilangan banyak suara di jajak pendapat. Sejumlah bawahannya mengaitkan hal ini pada manifesto konservatif yang keras seperti meningkatkan usia pensiun menjadi 65 tahun.

Sementara beberapa pihak menilai kampanye Macron terlalu terlambat dan tidak ada "sihirnya." Setelah muncul di panggung di stadion dengan 35 ribu tempat duduk di pinggir Paris, Macron berpidato selama dua jam.

Ia membicarakan daftar keberhasilan pemerintahan dan janji untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja di rumah sakit dan panti wreda. Upaya untuk menyakinkan pemilih moderat kiri yang menurut jajak pendapat dapat abstain.

"Nyawa kami, nyawa mereka, lebih berharga dari pada profit," katanya mengikuti slogan anti-kapitalis yang terkenal. Ia juga meminta pendukungnya bertepuk tangan untuk para guru dan perawat.

Namun ia tetap bertahan dengan program-program feformisnya dengan mengatakan rakyat Prancis harus bekerja lebih lama untuk membayar kebijakan-kebijakan ini. Karena ia menolak untuk menaikan pajak dan utang negara yang membengkak 102 persen dari produk domestik bruto selama pandemi.

"Saya tidak menyembunyikan fakta kita harus bekerja lebih lama," kata Macron.

Ia menyerang kandidat lain seperti Le Pen dan kandidat sayap kanan Jean-Luc Melenchon yang berjanji memotong usia pensiun menjadi 60 tahun. "Jangan percaya pada yang mengatakan akan memotong usai pensiun menjadi 60 atau 62 tahun dan semuanya akan baik-baik saja, itu tidak benar," katanya.

Kampanye itu dihadiri sekitar 30 ribu pendukung, hampir memenuhi kapasitas stadion. Serta dihadiri mantan perdana menteri dari sayap kiri, kanan dan berbagai pejabat partai lainnya. Salah satu pendukungnya mengatakan pidato Macron mengecewakan.

"Pidatonya menunjukkan ia ingin menjelaskan apa yang akan ia lakukan tapi lemah inspirasi," kata  Martin Rochepeau, mahasiswa berusia 22 tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement