REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Turki dan Amerika Serikat (AS) akan menggelar pembicaraan tingkat tinggi, untuk memperbaiki hubungan yang sebelumnya renggang. Kedua negara juga akan meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi dan pertahanan.
Hingga saat ini Turki maupun AS belum ada jadwal resmi diskusi tingkat menteri, dalam upaya untuk meningkatkan hubungan kedua negara. Hubungan antara Ankara dan Washington telah tegang karena berbagai masalah, antara lain akuisisi Turki atas sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia, perbedaan kebijakan di Suriah, Libya dan Mediterania timur, serta masalah peradilan.
Presiden Turki Tayyip Erdogan dan Presiden AS Joe Biden pada Oktober lalu sepakat untuk melakukan pembicaraan "Mekanisme Strategis". Pada Senin (4/4/2022) Wakil Menteri Luar Negeri AS, Victoria Nuland bertemu dengan pejabat Turki untuk meninjau topik yang menjadi kepentingan bersama. Diantaranya kerja sama ekonomi dan pertahanan, kontra-terorisme, perkembangan regional dan global, termasuk invasi Rusia ke Ukraina.
“Amerika Serikat dan Turki menantikan pertemuan tingkat Menteri dalam kerangka Mekanisme Strategi pada 2022," ujar Nuland tanpa rincian lebih lanjut.
Nuland juga bertemu dengan Kepala Penasihat Kebijakan Luar Negeri Presiden Erdogan, Ibrahim Kalin di Ankara. Wakil Menteri Perdagangan AS, Marisa Lago dijadwalkan mengunjungi Ankara pada Selasa (5/4/2022), untuk memajukan kerja sama ekonomi dan perdagangan dari Mekanisme Strategis.
"Amerika Serikat menyambut baik upaya Turki untuk memfasilitasi solusi diplomatik yang adil dan dinegosiasikan untuk mengakhiri perang," kata pernyataan bersama Turki dan AS.
Amerika Serikat memberi sanksi kepada industri pertahanan Turki pada Desember 2020, atas pembelian S-400 dari Rusia. Amerika Serikat mengeluarkan Turki dari program jet tempur F-35.
Ankara menyebut langkah itu tidak adil. Namun Turki mengesampingkan perbedaan dengan AS, dan fokus pada kerja sama lainnya termasuk di Ukraina. Turki telah menjadi penengah untuk mengakhiri konflik antara Rusia dan Ukraina. Turki menyatakan dukungan untuk Kiev, tetapi juga menentang sanksi terhadap Moskow.