Rabu 06 Apr 2022 14:58 WIB

Zelenskyy Ingin Ukraina Menjadi 'Big Israel'

Zelenskyy menolak gagasan Ukraina pascaperang akan meniru demokrasi Eropa liberal.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ingin negaranya menjadi 'Big Israel' dengan wajahnya sendiri setelah invasi Rusia berakhir. Dia menekankan bahwa, keamanan kemungkinan akan menjadi masalah utama di Ukraina selama periode pascaperang.

Dalam komentar kepada media lokal yang diunggah di situs resmi presiden pada Selasa (5/4/2022), Zelenskyy mengungkapkan visinya untuk masa depan pasca-konflik Ukraina. Termasuk mengerahkan angkatan bersenjata untuk berjaga di semua institusi, supermarket, dan bioskop.

Baca Juga

Di Israel, warga sipil bersenjata, pemukim, dan tentara yang berjaga di jalan-jalan adalah hal biasa. Bahkan pemerintah sering kali meminta keamanan. Dalam beberapa kesempatan, Zelenskyy, yang merupakan seorang Yahudi, menekankan pentingnya menjaga hubungan dekat dengan Israel, yang dia puji sebagai role model bagi Ukraina.

“Saya yakin bahwa masalah keamanan kita akan menjadi nomor satu dalam 10 tahun ke depan. Orang-orang Ukraina akan menjadi tentara besar kita," kata Zelenskyy, dilansir Aljazirah, Rabu (6/4/2022).

Zelenskyy menolak gagasan Ukraina pascaperang akan meniru demokrasi Eropa liberal seperti Swiss sebagai model.  Dia mengatakan bahwa, Ukraina tidak akan benar-benar menjadi liberal seperti Eropa. Ukraina harus melakukan modus operandi yang berbeda.

“Ukraina pasti tidak akan seperti yang kita inginkan sejak awal. Itu tidak mungkin. Benar-benar liberal, seperti Eropa tidak akan seperti itu. (Ukraina) pasti akan datang dari kekuatan setiap rumah, setiap bangunan, setiap orang," ujar Zelenskyy. 

Zelenskyy menekankan bahwa Ukraina tidak akan tergelincir ke dalam otoritarianisme. “Sebuah negara otoriter akan kalah dari Rusia. Orang-orang tahu apa yang mereka perjuangkan,” katanya.

Terlepas dari hubungannya dengan Israel, Zelenskyy, telah mengkritik posisi pemerintah Tel Aviv terkait invasi Rusia di Ukraina. Setelah mempertahankan posisi yang relatif tenang terkait invasi Rusia di Ukraina, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett akhirnya mengeluarkan pernyataan mengutuk dugaan kekejaman di Bucha. Bennett pada Selasa mengatakan, dia terkejut dengan foto-foto penemuan jenazah warga sipil yang bergeletakan di Bucha.

“Kami, tentu saja, terkejut dengan peristiwa di Bucha. Foto-foto yang mengerikan, dan kami sangat mengutuk mereka. Penderitaan warga Ukraina sangat besar, dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk membantu," kata Bennett.

Israel telah muncul sebagai mediator dalam upaya untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina. Dalam upaya untuk mempertahankan hubungannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Bennett bersikap hati-hati dalam mengkritik Moskow. Namun sebaliknya, Menteri Luar Negeri Yair Lapid telah vokal dalam kecamannya yang lebih keras atas tindakan Rusia di Ukraina.

“Foto dan kesaksian dari Ukraina mengerikan, pasukan Rusia melakukan kejahatan perang terhadap penduduk sipil yang tak berdaya.  Saya mengutuk keras kejahatan perang ini," kata Lapid dalam sebuah pernyataan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement